Barangkali prestasi terbesar yang diraih dalam KTT pertama antara Donald Trump dan Ki Jong-un adalah pertemuan itu benar-benar terjadi. Namun, ketika keduanya bertemu lagi pekan ini, pada tanggal 27 dan 28 Februari, sekadar pertemuan saja tidaklah cukup. Menurut Reporter VOA Bill Gallo, banyak pihak mengharapkan KTT ke-2 Trump-Kim di Vietnam membuahkan hasil konkret.
Tahun lalu di Singapura, Donald Trump dan Ki Jong-un sepakat untuk bekerjasama mewujudkan denuklrisasi sepenuhnya Semenanjung Korea.
Di Vietnam, akan ada tekanan untuk mengklarifikasi apa arti gagasan itu, dan bagaimana mulai menerapkannya.
Robert Manning, pakar hubungan luar negeri dari Atlantic Council, mengatakan, "Saya kira akan ada tekanan di kedua belah pihak agar pertemuan ini membuahkan hasil yang konkret, tidak seperti KTT pertama. Jika tidak, pertemuan itu akan dianggap gagal. Dan kita kembali ke titik awal.”
AS menginginkan Korea Utara mengambil langkah konkret menuju perlucutan senjata nuklirnya, seperti menghancurkan fasilitas nuklir utama atau mengungkapkan daftar simpanan nuklir dan misilnya.
Korea Utara menginginkan AS melonggarkan sanksi-sanksi atau mengakhiri secara resmi Perang Korea yang meletus pada tahun 1950-an.
Namun hasil yang paling produktif kemungkinan adalah kesepakatan untuk mengalihkan proses itu ke para pejabat di tingkat yang lebih rendah.
James McKeon, seorang cendikiawan dari Pusat Pengendalian Senjata dan Non-Proliferasi (CACNP), mengatakan, "Kedua pemimpin tidak dapat menyelesaikan semuanya sendiri. Saya kira mereka tidak memiliki pemahaman yang cukup seksama untuk bisa menangani masalah-masalah yang sangat kompleks yang membutuhkan kehadiran pakar, yang membutuhkan kehadiran pakar teknis.”
Ada indikasi bahwa pertemuan di Vietnam akan membuahkan hasil yang lebih substantif dibanding pertemuan di Singapura.
Menjelang KTT di Vietnam, para pejabat AS telah melangsungkan pertemuan-pertemuan tingkat kerja dengan para sejawat mereka dari Korea Utara.
Dan di Vietnam, kedua pihak akan mengadakan pertemuan dua hari, bukan satu hari, untuk membuat kemajuan konkret dalam kesepakatan nuklir.
Terlepas dari persoalan itu, bayak pihak hingga saat ini masih membicarakan rencana perjalanan Kim ke Vietnam.
Media massa Jepang dan Korea Selatan awalnya mengutip sejumlah sumber yang menyebut Kim akan berangkat dengan kereta pribadinya yang berwarna hijau-kuning.
Dengan kereta itu, Kim bakal berangkat dari Pyongyang, lalu melintasi perbatasan Cina di kota Dandong, sebelum masuk wilayah Vietnam.
Sumber lainnya berkata kepada kantor berita Reuters, perjalanan kereta Kim akan berhenti di stasiun kota Dong Dang di perbatasan Vietnam. Kim diyakini akan menuju Hanoi dengan iring-iringan mobil, menempuh rute sepanjang 170 kilometer.
Situs berita NK News baru-baru ini berspekulasi bahwa Kim akan menumpang kereta dan turun di Hanoi. Menurut laporan Reuters, perjalanan kereta dari Pyongyang menuju Hanoi membutuhkan dua setengah hari. [ab]