Badan intelijen Kanada mengatakan hari Jumat (12/11), pihaknya semakin khawatir tentang munculnya retorika daring yang bermotivasi ideologis, yang sebagian menyalahkan pada situasi krisis yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.
Badan Intelijen Keamanan Kanada (CSIS) mengatakan, sejak awal pandemi, ancaman yang ditimbulkan oleh para ekstremis "berkembang dengan keragaman dan penyebaran yang belum pernah terjadi sebelumnya."
COVID-19, menurut CSIS, telah memperburuk xenofobia (kebencian terhadap orang asing) dan anti-otoritarianisme (anti kebijakan pemerintah). Ekstremis kekerasan memangfaatkan pandemi dengan memperkuat informasi palsu tentang langkah-langkah pemerintah dan virus, katanya.
Para pengunjuk rasa yang menentang vaksinasi wajib telah menghambat akses ke rumah sakit di seluruh Kanada dan melecehkan petugas medis, baik secara langsung maupun lewat daring.
"Retorika daring yang semakin keras dan seruan untuk penangkapan serta eksekusi individu tertentu semakin mencemaskan," kata CSIS dalam sebuah pernyataan.
CSIS mengatakan, sejak 2014 orang-orang yang terdorong oleh pandangan ideologis ekstremis secara keseluruhan atau sebagian, telah menewaskan 25 orang dan melukai 41 orang di Kanada. Ini lebih dari mereka yang dimotivasi oleh ekstremisme agama atau politik.
Pada bulan Juni, empat anggota keluarga Muslim Kanada ditabrak dan dibunuh oleh seorang pria di sebuah truk dalam serangan yang menurut polisi didorong oleh kebencian. [ps/pp]