Survei-survei di Australia menunjukkan sekitar satu dari dua orang transgender melaporkan memiliki pengalaman negatif saat mengunjungi dokter atau rumah sakit. Beberapa dokter umum di negara itu berusaha mengubah fakta tersebut dengan menyediakan ruang yang lebih aman bagi transgender, dan bahkan melatih generasi dokter berikutnya untuk ramah transgender.
Dalam hidupnya, Rosie Brennan yang terlahir sebagai laki-laki namun kini mengaku perempuan, sering kesulitan mengatasi gangguan kesehatan mentalnya. Ia sebetulnya berusaha mencari bantuan medis, tetapi yang ditemukannya adalah lebih banyak penderitaan.
Staf medis tidak jarang memberinya perlakuan diskriminatif, memanggilnya dengan sebutan yang tak pantas, atau bahkan sama sekali ditolak untuk mendapat perawatan.
"Faktanya, saya mungkin masih tidak akan lagi menemui dokter jika saya mengalami krisis kesehatan mental. Saya mungkin tidak akan kembali ke unit gawat darurat karena pengalaman negatif yang saya alami,” jelasnya.
Pengalaman buruk Brennan dialami banyak transgender di Australia. Sejumlah survei bahkan menyebutkan, sekitar setengah jumlah transgender di negara itu enggan menemui dokter atau pergi ke rumah sakit, karena pengalaman pahit yang pernah mereka hadapi.
Fakta ini dibenarkan dokter umum Miranda Hann. “Pengalaman-pengalaman semacam itu bisa sangat merendahkan dan mempersulit pasien dalam mengakses layanan kesehatan. Mengapa? Karena pasien merasa tidak aman,” ungkapnya.
Hann telah merawat lebih dari seratus pasien transgender dan juga secara aktif mendidik rekan-rekannya untuk menciptakan ruang yang aman bagi transgender. Ia mengatakan, seandainya para dokter atau praktisi medis lainnya bisa memahami apa dan bagaimana transgender, komunitas yang sering terpinggirkan itu akan sangat terbantu.
Menangani masalah transgender telah menjadi prioritas bagi para dokter generasi berikutnya di Sekolah Kedokteran Umum Universitas Tasmania.
Toby Gardner, seorang staf pengajarnya, mengatakan,"Kami membawa pasien transgender dan memberi mereka kesempatan untuk berbicara tentang kisah mereka, dan perjalanan mereka dalam mengakses layanan kesehatan, kepada para mahasiswa kedokteran kami. Apa yang mereka sampaikan sangat informatif dan berdampak,” jelasnya.
Hann dan Gardner sepakat mengatakan, dokter-dokter yang ramah transgender akan dapat membantu komunitas transgender mengaktualisasikan diri mereka sebagai manusia seperti halnya laki-laki dan perempuan pada umumnya. [ab/uh]
Forum