Tautan-tautan Akses

Australia Bersiap Hadapi Serangan Siber yang Makin Canggih


Para pekerja di Pusat Operasi Keamanan "Telstra", perusahan telekomunikasi terbesar Australia, memantau kemungkinan serangan siber (foto: ilustrasi).
Para pekerja di Pusat Operasi Keamanan "Telstra", perusahan telekomunikasi terbesar Australia, memantau kemungkinan serangan siber (foto: ilustrasi).

Para pemimpin militer Australia memperingatkan akan ancaman serangan siber yang semakin canggih. Mereka mengatakan meskipun bahayanya tidak memerlukan respon militer pada umumnya, Australia harus mencari cara-cara baru untuk mengatasinya.

Propaganda memang bukan hal baru, tapi cara penyebarannya berubah pesat akibat perkembangan teknologi. Para pejabat senior pasukan pertahanan Australia meyakini negara mereka semakin terpapar berbagai serangan siber dan misinformasi.

Mereka menyuarakan keprihatinan serupa yang disorot AS mengenai penggunaan berbagai serangan komputer serta manipulasi media sosial dan media massa ketika Rusia berupaya merebut Krimea dari Ukraina tahun 2014.

Jenderal Angus Campbell, Kepala Pasukan Pertahanan Australia mengatakan, "Di dunia yang semakin terhubung, berbagai aktivitas mulai dari kampanye informasi, operasi siber dan pencurian hak atas kekayaan intelektual sampai pemaksaan dan propaganda yang menjatuhkan, mengikis dan merongrong... melanggar peraturan dan norma internasional, tapi negara yang menjadi sasaran tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang perlu ditanggapi dengan perang."

China diduga mengatur gelombang serangan siber terhadap bisnis-bisnis Australia. Bulan Desember, Australia mengatakan perusahaan-perusahaannya turut menjadi korban global dari kampanye serangan spionase siber besar-besaran yang didukung pemerintah China.

Konfirmasi itu datang setelah Departemen Kehakiman AS mendakwa dua warga Tionghoa, menuduh mereka melancarkan peretasan atas nama Kementerian Keamanan Negara di Beijing. Itu adalah pertama kalinya Australia secara eksplisit menyalahkan China atas kejahatan siber.

Awal tahun ini, komputer-komputer di parlemen federal di Canberra diretas dalam apa yang diyakini para pejabat sebagai tindakan pemerintah asing.

Sebuah laporan baru-baru ini mengisyaratkan Australia perlu melatih 18.000 pakar komputer lagi sebelum 2026 untuk melancarkan perang keamanan siber. Tapi mengingat serangan siber semakin banyak dan canggih, angka itu diperkirakan masih kurang cukup memadai. (vm/ii)

Recommended

XS
SM
MD
LG