Beberapa bulan setelah operasi intelijen Amerika melacak pemimpin kelompok ISIS ke satu bangunan perumahan di Suriah barat laut, Amir Muhammad Sa'id Abdal-Rahman al-Mawla, meledakkan bom, membunuh diri dan keluarganya, sewaktu pasukan Amerika mendekat.
Laporan kematian pemimpin ISIS itu pada Kamis (3/2), dari pejabat senior pemerintah Amerika, muncul beberapa jam setelah laporan operasi besar kontraterorisme Amerika pertama kali dimulai dari Atmeh, kota di provinsi Idlib, tidak jauh dari perbatasan dengan Turki.
Akun di media sosial menggambarkan helikopter dan pasukan Amerika turun ke gedung tiga lantai sebagai bagian dari operasi berjam-jam. Sebagian mengatakan pasukan Amerika menggunakan pengeras suara untuk mengeluarkan warga sipil dari gedung itu sebelum terjadi baku tembak yang sengit.
Namun para pejabat Amerika, yang berbicara tanpa mau disebut namanya, mengatakan sebagian besar kematian dan kerusakan disebabkan oleh al-Mawla, juga dikenal sebagai Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurashi dan sebagai Hajji 'Abdallah, dan salah satu dari ajudannya juga tinggal di gedung itu, mereka bertekad untuk tidak ditangkap hidup-hidup.
Para pejabat Amerika mengatakan mereka tidak bisa memastikan berapa banyak warga sipil yang tewas dalam operasi itu, tetapi menekankan bahwa pemimpin ISIS itu tampaknya memilih untuk tinggal di gedung perumahan justru karena adanya warga sipil, termasuk keluarga dengan anak-anak. Berbagai organisasi, seperti Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris Kamis mengatakan bahwa setidaknya 13 tewas, termasuk tiga wanita dan empat anak-anak.
Presiden Amerika Joe Biden mengonfirmasi kematian al-Mawla dalam pernyataan Kamis pagi. Dia memuji "keterampilan dan keberanian Angkatan Bersenjata kita."
Berbicara beberapa jam kemudian di Gedung Putih, Biden mengatakan, operasi untuk menyingkirkan al-Mawla dari medan perang harus mengirim pesan yang kuat. "Operasi ini merupakan bukti jangkauan dan kemampuan Amerika untuk mengatasi ancaman teroris di mana pun mereka mencoba bersembunyi," kata Biden.
Presiden Joe Biden juga mengatakan Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi tewas seperti yang dilakukan al-Baghdadi, dengan meledakkan bom yang membunuh dirinya sendiri dan anggota keluarganya, termasuk perempuan dan anak-anak, ketika pasukan AS mendekat.
"Kita tahu bahwa ketika pasukan kita mendekati untuk menangkap teroris dalam tindakan terakhir dari pengecut yang putus asa, tanpa memperhatikan kehidupan keluarganya sendiri atau orang lain di dalam gedung, ia memilih untuk meledakkan dirinya sendiri, bukan hanya pada rompinya, tetapi untuk meledakkan lantai tiga bangunan itu daripada diadili atas kejahatan yang telah dilakukannya, menewaskan beberapa anggota keluarganya bersamanya, seperti yang dilakukan pendahulunya."
Para pejabat Amerika mengatakan, Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris menyaksikan jalannya operasi itu dari Situation Room Gedung Putih. Mereka sangat menyadari betapa berbahayanya upaya menciduk pemimpin teror itu karena dia bersembunyi di antara warga sipil.
Rekaman kantor berita Associated Press setelah serangan itu menunjukkan, lantai bagian atas rumah yang hampir hancur total dalam serangan hari Kamis, dengan langit-langit dan dinding yang roboh.
Darah tampak di dinding dan lantai bangunan yang tersisa, yang terdiri dari kamar tidur yang rusak dengan tempat tidur kayu anak di lantai. Di salah satu dinding yang rusak, ayunan anak-anak dari plastik biru masih tergantung dan dapurnya menghitam akibat kebakaran.
Operasi itu dilakukan saat ISIS berusaha bangkit kembali, dengan serangkaian serangan di kawasan itu, termasuk serangan 10 hari akhir bulan lalu untuk merebut sebuah penjara.
Operasi itu dilakukan saat ISIS berusaha bangkit kembali, dengan serangkaian serangan di kawasan itu, termasuk serangan 10 hari akhir bulan lalu untuk merebut sebuah penjara.
Pasukan khusus AS mendarat dengan helikopter dan menyerang sebuah rumah di sudut Suriah yang dikuasai pemberontak, bentrok selama dua jam dengan orang-orang bersenjata, kata saksi mata.
Oman Saleh penduduk yang tinggal di dekat bangunan tersebut menyaksikan peristiwa saat penyerbuan di bangunan rumah tersebut.
“Kami mendengar seorang laki-laki yang memiliki aksen seperti orang Irak atau Saudi dan ia berbicara dengan seorang perempuan. Ia menyuruhnya untuk menyerahkan diri. Ada upaya terus-menerus (laki-laki yang berbicara melalui speaker) dan pesawat melayang selama sekitar 45 menit dan tidak ada yang menjawab. Kemudian ada tembakan dari pesawat dan kemudian saya mendengar suara seperti parasut."
Pentagon Kamis juga mengkonfirmasi misi kontraterorisme yang “berhasil” di barat laut Suriah.
Serangan malam hari itu terjadi di provinsi Idlib, Suriah, daerah terakhir yang dikuasai pemberontak, dekat perbatasan dengan Turki. Daerah itu juga merupakan tempat tinggal beberapa tokoh senior al-Qaida dan kelompok militan lainnya. [ka/my/jm]