Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Mohammad Iqbal mengatakan sejumlah terduga teroris berencana melakukan aksi teror dengan bom pada Rabu 22 Mei 2019. Menurut Iqbal, para terduga teroris itu berencana menyerang massa yang akan demo pada 22 Mei mendatang dan aparat yang bertugas. Kata Iqbal, informasi ini didapat dari hasil pemeriksaan dari terduga teroris yang ditangkap polisi. Polisi tidak dapat memastikan aksi teror ini akan berlanjut atau tidak, meskipun sebanyak 68 terduga teroris telah ditangkap.
"Karena bagi kelompok ini demokrasi adalah paham yang tidak sealiran dengan mereka. Dan ini adalah target mereka. Karena itu lewat forum ini kepolisian negara Republik Indonesia menyampaikan bahwa pada tanggal 22 Mei, masyarakat kami imbau tidak turun," jelas Mohammad Iqbal di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (17/5).
Iqbal menambahkan sebagian besar terduga teroris ditangkap pada 3 bulan terakhir. Rinciannya bulan Mei sebanyak 29 orang, April 14 orang dan Maret 20 orang. Sedangkan bulan Januari sebanyak 4 orang dan Februari 1 orang. Adapun beberapa barang bukti yang disita kepolisian antara lain 5 bom rakitan, 4 pisau, dan 2 busur panah.
"Dari 68 tersangka sedang melakukan proses penyidikan dan proses pengembangan juga. Dari 68 tersangka, 8 tersangka meninggal dunia. 1 tersangka meledakkan diri di Sibolga dan daya ledaknya luar biasa. Dan 7 tersangka meninggal dunia karena mengancam nyawa petugas," imbuhnya.
Dua dari para terduga teroris yang memberikan kesaksian tentang rencana aksi pada 22 Mei mendatang adalah EY dan DY. Menurut DY, ia telah merangkai bom yang akan digunakan beberapa orang yang dipimpinnya melakukan aksi pengeboman dengan menggunakan remote atau alat pengoperasi jarak jauh.
"Yang mana pada tanggal tersebut sudah kita ketahui bahwa di situ akan ada kerumunan massa, yang merupakan event yang bagus menurut saya untuk melakukan amaliah. Karena di situ merupakan pesta demokrasi yang menurut keyakinan saya itu adalah syirik akbar yang membatalkan keislaman," tutur DY.
Hal yang sama juga disampaikan EY. Menurutnya pemilu merupakan kesyirikan dan dirinya akan melakukan aksi pengeboman dengan meletakkan bom di kerumunan massa pada 22 Mei mendatang.
JAD ingin Pertahankan Khilafah di Suriah
Pengamat terorisme Al Chaidar menyebut terduga teroris yang berencana melakukan aksi pengeboman pada 22 Mei 2019 merupakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS. Menurutnya, jaringan tersebut memang masih anti dengan demokrasi sehingga menganggap orang-orang yang mengikuti pemilu 2019 sebagai orang kafir. Hal ini, berbeda dengan JAD yang berafiliasi dengan Al Qaeda yang sudah mulai menerima orang yang berdemokrasi dan tidak mengkafirkan mereka.
"Tujuan mereka sebenarnya tetap, bahwa mereka ingin mempertahankan khilafah yang ada di Suriah dan Irak bertahan. Dan ketika ini mau habis, mau hilang, itu mereka ketakutan kehilangan harapan. Mereka tidak bisa lagi berbaiat dan berjihad karena sarananya tidak ada lagi," kata Al Chaidar.
Al Chaidar menambahkan rencana pengeboman pada 22 Mei nanti dilakukan secara terencana dengan sistem komando dari Khilafah Tapal Kuda Emas yang wilayahnya meliputi Srilanka, India, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Malaysia dan Indonesia.
Al Chaidar mengimbau agar masyarakat yang akan demo tetap waspada meskipun polisi telah menangkap puluhan orang terduga teroris di berbagai daerah. Sebab, ia khawatir masih ada sel-sel JAD dari kelompok ini yang tidak terdeteksi kepolisian yang akan melakukan aksi teror. (sm/em)