Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Iran pada tahun 2016, setelah kedutaannya di Teheran dan konsulat di kota Mashhad, diserang dalam protes terkait eksekusi ulama Syiah Nimr al-Nimr oleh Riyadh.
Kedua negara berpengaruh di Timur Tengah ini telah melakukan beberapa putaran dialog di Irak dan Oman, sebelum mencapai kesepakatan untuk memperbaiki hubungan pada 10 Maret lalu di Tiongkok.
Pada hari Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanani mengatakan Presiden Ebrahim Raisi telah “mengundang Raja Saudi untuk mengunjungi Iran.”
Kanani mengatakan presiden Iran juga telah menerima undangan untuk mengunjungi kerajaan yang dipimpin kaum Sunni itu.
Juru bicara itu juga menyatakan harapan bahwa Iran dan Arab Saudi akan membuka kembali misi diplomatik mereka masing-masing pada 9 Mei, sebagaimana yang dijadwalkan dalam perjanjian yang diperantarai Tiongkok.
“Kami dan pihak Saudi menekankan tentang pengaktifan kedutaan-kedutaan pada waktu yang sangat tepat sehingga jemaah Iran dapat mengikuti ibadah haji dengan tenang, dengan menggunakan layanan yang disediakan oleh kedutaan,” katanya dalam konferensi pers mingguan.
Ibadah haji di Arab Saudi tahun ini diperkirakan dimulai pada akhir Juni.
Dalam beberapa hari ini, delegasi dari kedua negara telah mengunjungi kedutaan besar di Riyadh dan Teheran, serta konsulat di Jeddah dan Mashhad, untuk memulai proses pembukaan kembali misi diplomatik tersebut.
Pada 6 April, menteri luar negeri dari Iran dan Saudi, Hossein Amir-Abdollahian dan Pangeran Faisal bin Farhan, mengadakan pembicaraan di Beijing mengenai implementasi normalisasi hubungan.
“Menteri-menteri luar negeri dari kedua negara akan bertemu” lagi sebelum pembukaan kembali kedutaan, kata juru bicara itu. [uh/ab]
Forum