Presiden Iran Hassan Rouhani hari Selasa mengatakan negaranya lebih suka mematuhi kesepakatan internasional tahun 2015 mengenai program nuklirnya, tetapi jika Amerika Serikat terus “mengancam dan memberlakukan sanksi” maka Iran dapat dengan cepat menghidupkan kembali kegiatan nuklirnya pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelum kesepakatan mulai berlaku.
Iran menyatakan keberatan pada sanksi-sanksi baru yang ditandatangani Presiden Trump sebelumnya bulan ini terhadap orang-orang yang terlibat dalam program misil balistik dan Garda Revolusi Iran. Sanksi-sanksi baru itu dikenakan menanggapi uji coba misil yang dilakukan Iran.
Kedua negara saling mengecam dan mengatakan bahwa tindakan pihak lain melanggar semangat kesepakatan nuklir yang berlaku.
Berbicara di depan parlemen dalam pidato yang disiarkan televisi nasional Iran, Presiden Rouhani mengatakan sanksi-sanksi baru akan disambut dengan tanggapan cepat.
"Kalau pemerintah Amerika mengulangi perbuatan-perbuatan lama, Iran jelas dalam waktu singkat, bukan hitungan pekan atau bulan, tetapi dalam hitungan jam atau hari, akan kembali ke posisi yang jauh lebih lanjut daripada ketika perundingan dimulai,” tandas Rouhani.
Kesepakatan internasional mengenai program nuklir Iran dicapai setelah perundingan panjang antara Iran dan kelompok yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, China, Perancis, Rusia dan Jerman.
Iran mendapat kelonggaran dari sanksi-sanksi sebelumnya yang telah diberlakukan negara-negara tertentu dan Perserikatan Bangsa-Bangsa menanggapi kegiatan nuklir Iran di tengah-tengah tuduhan bahwa negara itu mengembangkan senjata nuklir.
Kesepakatan itu menetapkan Iran harus membatasi program nuklirnya.
Amerika Serikat menyatakan keberatan jika Iran melakukan uji coba misil, tetapi hal itu tidak dicantumkan dalam naskah kesepakatan nuklir tadi. Sebuah resolusi PBB yang mendukung kesepakatan itu mencakup sebuah pasal yang menyerukan agar Iran menghindari uji coba misil tetapi tidak secara spesifik melarangnya. [ds]