Tautan-tautan Akses

Isu Iklim

Biden Tinggalkan ‘Warisan’ Iklim di Jantung Amazon

Presiden Amerika Serikat Joe Biden menandatangani proklamasi yang menetapkan tanggal 17 November sebagai Hari Konservasi Internasional selama tur di Museu da Amazonia saat ia mengunjungi Hutan Hujan Amazon di Manaus, Brazil, 17 November 2024. (SAUL LOEB / AFP)
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menandatangani proklamasi yang menetapkan tanggal 17 November sebagai Hari Konservasi Internasional selama tur di Museu da Amazonia saat ia mengunjungi Hutan Hujan Amazon di Manaus, Brazil, 17 November 2024. (SAUL LOEB / AFP)

Presiden Amerika Serikat Joe Biden memulai perjalanan bersejarahnya ke Brazil hari Minggu (17/11). Ia menjadi presiden Amerika pertama yang sedang menjabat yang mengunjungi hutan hujan Amazon untuk menandai upayanya memerangi perubahan iklim. Ia juga menghadiri KTT 20 ekonomi terbesar, G20, di Rio de Janeiro, Senin (18/11), di mana iklim, pengurangan kemiskinan dan berbagai isu global lainnya dibahas. Berikut laporan kepala biro VOA di Gedung Putih Patsy Widakuswara yang mengikuti perjalanan presiden Biden.

VOA - Deforestasi, erosi pantai dan kerusakan akibat kebakaran terhadap kawasan hutan hujan terbesar di dunia merupakan beberapa pemandangan yang disaksikan Presiden Amerika Serikat Joe Biden hari Minggu lalu.

Ia adalah presiden Amerika pertama yang sedang menjabat yang mengunjungi Amazon.

Di Manaus, ibu kota negara bagian Amazonas, Biden mengumumkan bahwa di bawah pemerintahannya, Amerika Serikat melampaui target menyediakan $11 miliar per tahun dalam pendanaan iklim internasional pada tahun 2024. Itu adalah komponen penting dalam perang melawan perubahan iklim yang dilobi oleh negara-negara Global South, istilah yang mengacu pada negara dengan ekonomi dan pembangunan industri yang belum berkembang baik.

Biden mengatakan, “Perjuangan untuk melindungi planet kita secara harfiah merupakan perjuangan bagi umat manusia, bagi generasi-generasi mendatang. Ini mungkin merupakan satu-satunya ancaman eksistensial bagi seluruh negara kita dan seluruh umat manusia.”

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengunjungi Museu da Amazonia bersama putrinya, Ashley Biden (kanan) dan cucunya Natalie Biden (kedua dari kanan), saat mereka mengunjungi Hutan Hujan Amazon di Manaus, Brazil, 17 November 2024. (SAUL LOEB/AFP)
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengunjungi Museu da Amazonia bersama putrinya, Ashley Biden (kanan) dan cucunya Natalie Biden (kedua dari kanan), saat mereka mengunjungi Hutan Hujan Amazon di Manaus, Brazil, 17 November 2024. (SAUL LOEB/AFP)

Biden bertemu dengan para pemimpin masyarakat adat dan mengumumkan investasi Amerika Serikat di beberapa prakarsa iklim, termasuk $50 juta untuk Dana Amazon.

Dari Manaus, Biden bertolak menuju KTT 20 ekonomi terbesar, G20, di Rio de Janeiro, di mana sumber-sumber diplomatik mengatakan kepada VOA bahwa mereka khawatir upaya perubahan iklim Amerika Serikat akan dikurangi secara drastis di bawah pemerintahan Donald Trump.

Pada masa jabatannya yang pertama, Trump menarik Amerika Serikat keluar dari Perjanjian Iklim Paris, forum multilateral utama dunia untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Biden mengatakan ia memberi Trump dan negara peninggalan berupa “fondasi yang kuat untuk dibangun, jika mereka memilih untuk melakukannya.”

Biden menyampaikan warisan iklimnya dalam istilah ekonomi – perlombaan antara negara-negara dalam “memanfaatkan revolusi energi bersih.”

“Benar, sebagian orang mungkin ingin menolak atau menunda revolusi energi bersih yang sedang berlangsung di Amerika, tetapi tak seorang pun – tak seorang pun yang dapat membalikkannya,” jelasnya.

Trump kabarnya berencana akan mengurangi keringanan pajak yang berlaku sekarang ini untuk pembelian kendaraan listrik, yang merupakan bagian dari legislasi penting yang diajukan Biden terkait energi bersih dan perubahan iklim.

Marine One, yang membawa Presiden Amerika Serikat Joe Biden, terbang di atas Sungai Amazon selama tur udara selama kunjungannya ke Manaus, Brazil, 17 November 2024, sebelum menuju Rio de Janeiro untuk menghadiri KTT G20. (SAUL LOEB / AFP)
Marine One, yang membawa Presiden Amerika Serikat Joe Biden, terbang di atas Sungai Amazon selama tur udara selama kunjungannya ke Manaus, Brazil, 17 November 2024, sebelum menuju Rio de Janeiro untuk menghadiri KTT G20. (SAUL LOEB / AFP)

Trump telah berulang kali menyebut perubahan iklim sebagai “cerita bohong.” Namun, Celso Amorim, penasihat utama presiden Brazil, mengatakan ia tidak akan menghakimi pemerintahan Trump.

“Saya menilai tindakan. Jadi, kita akan lihat nantinya bagaimana tindakan itu berkembang, dan kemudian kami akan berbicara. Untuk sekarang ini, Biden telah menjadi mitra yang baik bagi Brazil, bagi Presiden [Luis Inacio] Lula [da Silva],” sebutnya.

Saat KTT G20 dimulai di Rio pada hari Senin, Biden dijadwalkan untuk berfokus pada hak-hak pekerja dan pertumbuhan ekonomi bersih, dan menghadiri peluncuran Aliansi Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan.

Ini juga merupakan prakarsa yang oleh banyak diplomat di sana dikhawatirkan tidak akan mendapat dukungan Amerika Serikat di bawah Trump, yang memangkas dana bantuan asing saat ia menjabat. [uh/ab]

Sekjen PBB: “Kegagalan Bukan Pilihan” dalam Mengatasi Perubahan Iklim 

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berbicara dalam konferensi pers di Rio de Janeiro, Brazil, menjelang KTT G20. (Foto: AFP/Luis Robayo)
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berbicara dalam konferensi pers di Rio de Janeiro, Brazil, menjelang KTT G20. (Foto: AFP/Luis Robayo)

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres pada hari Minggu (17/11) menyerukan “kepemimpinan melalui pemberian contoh” dari negara-negara G20, dengan menyatakan bahwa “kegagalan bukanlah sebuah pilihan” dalam mengatasi perubahan iklim.

Guterres berbicara dalam konferensi pers di Rio de Janeiro, pada malam menjelang KTT G20 yang akan berlangsung pada hari Senin (18/11) dan Selasa (19/11).

Guterres juga menegaskan kembali perlunya mengupayakan perdamaian untuk krisis-krisis seperti di Gaza, Lebanon, Sudan, dan Ukraina.

Brazil menjadi tuan rumah pertemuan puncak Kelompok 20 di Rio de Janeiro, di tengah-tengah dua perang besar dan kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS.

Meningkatnya ketegangan global dan ketidakpastian mengenai pemerintahan Trump yang akan datang telah meredam ekspektasi akan adanya pernyataan yang tegas mengenai konflik di Timur Tengah, dan konflik Rusia-Ukraina. [em/jm]

Di Jantung Amazon, Presiden AS Umumkan “Warisan” Iklim

Presiden Joe Biden berpose untuk foto setelah menandatangani proklamasi yang menetapkan 17 November sebagai "Hari Konservasi Internasional", setelah tur ke Museu da Amazonia, di kota Manaus, Brazil, Minggu 17 November 2024.
Presiden Joe Biden berpose untuk foto setelah menandatangani proklamasi yang menetapkan 17 November sebagai "Hari Konservasi Internasional", setelah tur ke Museu da Amazonia, di kota Manaus, Brazil, Minggu 17 November 2024.

Presiden Amerika Joe Biden memulai lawatan bersejarah ke Brasil pada hari Minggu (17/11), menjadi presiden AS pertama yang mengunjungi hutan hujan Amazon untuk menandai apa yang disebut Gedung Putih sebagai “warisannya” dalam memerangi perubahan iklim, dengan mengaitkannya dengan perlombaan ekonomi antarnegara untuk “memanfaatkan revolusi energi bersih.”

Biden mendarat di Manaus, ibu kota negara bagian Amazonas, pintu masuk ke hutan terbesar di dunia. Biden mengatakan bahwa di bawah pemerintahannya, AS telah melampaui target untuk menyediakan dana sebesar US$11 miliar per tahun untuk pendanaan iklim internasional pada tahun 2024. Ini merupakan komponen penting dalam perang melawan perubahan iklim yang dilobi oleh negara-negara Global South (negara-negara berkembang).

“Perjuangan untuk melindungi planet kita secara harfiah adalah perjuangan kemanusiaan untuk generasi yang akan datang. Ini mungkin satu-satunya ancaman eksistensial bagi semua negara dan seluruh umat manusia,” ujar Biden.

Vegetasi hijau yang rimbun di sebuah cagar alam dan “museum hidup” di Manaus yang menunjukkan kekayaan hutan hujan Amazon dan keanekaragaman hayatinya, menjadi latar belakang Biden saat menyampaikan pidatonya.


Biden Umumkan US$50 Juta untuk 'Dana Amazon'

Dalam kunjungan singkatnya ke Manaus – yang berlangsung di antara KTT APEC di Lima, Peru, dan KTT G-20 negara ekonomi terbesar di Rio de Janeiro, Brazil – Biden mengumumkan investasi AS dalam beberapa inisiatif iklim, termasuk US$50 juta untuk Amazon Fund (“Dana Amazon”).

Biden melangsungkan pertemuan dengan sejumlah pemimpin masyarakat adat, dan berkeliling hutan Amazon dengan helikopter.

Gedung Putih mengatakan selama penerbangan, Biden melihat pertemuan Rio Negro dan Sungai Amazon, serta kerusakan akibat erosi pantai dan kebakaran hutan. Mayoritas kebakaran di Amazon terkait dengan deforestasi.

Ditambahkan, dalam empat tahun terakhir, pemerintahan Biden telah “menciptakan pedoman baru yang berani, yang telah mengubah penanganan krisis iklim menjadi peluang ekonomi yang sangat besar, baik di dalam maupun di luar AS.”

Kekhawatiran akan Kebijakan Iklim Pemerintahan Trump

Beberapa sumber diplomatik di APEC dan G20, yang berbicara pada VOA dengan syarat tidak disebutkan namanya untuk membahas masalah yang secara diplomatik sensitif ini, menyampaikan keprihatinan mereka bahwa upaya-upaya AS dalam isu lingkungan ini akan berkurang secara dramatis di bawah pemerintahan presiden terpilih Donald Trump, yang akan dilantik pada bulan Januari.

Pada masa pemerintahan sebelumnya, Trump telah membuat para aktivis iklim terkejut ketika ia menarik AS keluar dari Kesepakatan Iklim Paris, forum multilateral utama dunia untuk memitigasi perubahan iklim. Ia berulang kali menyebut perubahan iklim sebagai “tipuan.”

Dengan sisa dua bulan masa pemerintahannya, Biden mengatakan ia meninggalkan “fondasi yang kuat untuk dibangun oleh penggantinya dan negara ini, jika mereka memilih untuk melakukannya.”

“Memang benar, beberapa pihak mungkin berusaha untuk menolak atau menunda revolusi energi bersih yang sedang berlangsung di Amerika, namun tidak ada seorang pun yang dapat membalikkan keadaan,” ujar Biden, menggarisbawahi bahwa dorongan terhadap energi bersih mendapat dukungan bipartisan, dan negara-negara lain memanfaatkannya untuk kemajuan ekonomi mereka.

“Pertanyaannya sekarang adalah, pemerintah mana yang akan menghalangi, dan mana yang akan memanfaatkan peluang ekonomi yang sangat besar,” katanya. Pernyataan ini tampaknya merujuk pada persaingan AS-China pada masa depan dalam hal energi bersih, di bawah pemerintahan Trump kelak.

Pernyataan Biden ini disampaikan sehari setelah pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping di Lima-Peru, yang kemungkinan merupakan pertemuan terakhir mereka dalam kapasitas Biden sebagai presiden.

China saat ini adalah pemimpin dunia dalam kendaraan listrik, atau EV, yang menyumbang lebih dari separuh produksi dan ekspor global.

Sementara itu, Trump dilaporkan sedang mencoba untuk membatalkan kredit pajak pembelian EV sebesar US$7.500 untuk konsumen AS, yang merupakan bagian dari Undang-Undang Pengurangan Inflasi tahun 2022, undang-undang yang ditandatangani oleh Biden tentang energi bersih dan perubahan iklim. [em/lt]

Gedung Putih: Pendanaan Iklim Amerika Tahun Ini Capai $11 Miliar

Asap dari kebakaran hutan Amazon mengepul ke udara di hutan hujan Amazon di Apui, negara bagian Amazonas, Brazil, 8 Agustus 2024. (Foto: Adriano Machado/Reuters)
Asap dari kebakaran hutan Amazon mengepul ke udara di hutan hujan Amazon di Apui, negara bagian Amazonas, Brazil, 8 Agustus 2024. (Foto: Adriano Machado/Reuters)

Pengumuman Gedung Putih mengenai angka $11 miliar tersebut menyatakan bahwa angka tersebut menjadikan “Amerika Serikat sebagai penyedia dana iklim bilateral terbesar di dunia.”

Presiden Joe Biden menggunakan perjalanan bersejarah ke Amazon pada Minggu (17/11) untuk menyoroti peningkatan pendanaan iklim bilateral Amerika Serikat menjadi $11 miliar pada tahun ini, sesuai janjinya.

“Perjuangan melawan perubahan iklim telah menjadi tujuan utama kepemimpinan dan kepresidenan Presiden Biden,” ujar Gedung Putih dalam sebuah pernyataan sebelum Biden mendarat di Kota Manaus, Amazon, Brazil.

Biden melakukan lawatan terakhirnya ke Amerika Selatan sebelum menyerahkan jabatan presiden kepada Donald Trump - seorang yang skeptis terhadap perubahan iklim.

Sebagai presiden Amerika Serikat pertama yang berkunjung ke hutan hujan tropis yang luas, Biden akan bertemu dengan para pemimpin masyarakat adat Brazil dan menandatangani deklarasi yang menjadikan 17 November sebagai Hari Konservasi Internasional.

Seorang pengunjung mencoba menggoreng telur di atas batu panas di bawah sinar matahari di Pusat Pengunjung di Taman Nasional Death Valley, dekat Furnace Creek, selama gelombang panas melanda California Selatan pada 7 Juli 2024. (Foto: AFP)
Seorang pengunjung mencoba menggoreng telur di atas batu panas di bawah sinar matahari di Pusat Pengunjung di Taman Nasional Death Valley, dekat Furnace Creek, selama gelombang panas melanda California Selatan pada 7 Juli 2024. (Foto: AFP)

Pengumuman Gedung Putih mengenai angka $11 miliar tersebut menyatakan bahwa angka tersebut menjadikan “Amerika Serikat sebagai penyedia dana iklim bilateral terbesar di dunia.”

Pengumuman itu juga mengatakan bahwa jumlah tersebut enam kali lipat lebih besar dari yang diberikan Amerika pada awal masa jabatan Biden, yaitu pada 2021.

Namun, Uni Eropa tetap menjadi kontributor global terbesar untuk pendanaan iklim.

Sekitar separuh dari seluruh pendanaan iklim disalurkan melalui dana multilateral yang dikelola bersama oleh negara-negara berkembang. Hal ini memicu kecaman terhadap preferensi Amerika terhadap pendanaan bilateral.

Negara-negara kaya telah mengumpulkan dana sebesar $116 miliar pada tahun 2022 untuk pendanaan iklim, menurut data terbaru yang tersedia dari OECD.

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh lembagakajian Inggris, ODI, Amerika Serikat berada di peringkat kedua dari belakang di antara 23 negara dalam hal kemajuan untuk menyediakan “bagian yang adil” dari pendanaan iklim, berdasarkan jejak karbon, jumlah penduduk, dan pendapatan nasional bruto.

Lawatan Biden ke Amazon dilakukan di sela-sela KTT APEC yang ia hadiri di Peru, dan KTT G20 di Rio de Janeiro yang dihadirinya dan dimulai pada Senin (17/11).

Iklim akan menjadi salah satu topik yang dibahas dalam pertemuan G20, saat perundingan yang berlangsung pada saat yang sama, di KTT Iklim PBB di Azerbaijan tampaknya mengalami kebuntuan. [my/ab]

Peneliti Amerika: Seperlima Kasus Dengeu Disebabkan Perubahan Iklim

Seekor nyamuk Aedes albopictus sedang mengigit seorang manusia untuk meminum darah, 2003. (Foto: James Gathany/Centers for Disease Control and Prevention via AP, arsip)
Seekor nyamuk Aedes albopictus sedang mengigit seorang manusia untuk meminum darah, 2003. (Foto: James Gathany/Centers for Disease Control and Prevention via AP, arsip)

Menghubungkan bagaimana pemanasan global mempengaruhi kesehatan – seperti memicu wabah atau menyebarkan penyakit – masih merupakan bidang baru.

Para peneliti Amerika mengatakan, Sabtu (16/11), bahwa perubahan iklim bertanggung jawab atas hampir seperlima dari rekor jumlah kasus demam berdarah atau dengue di seluruh dunia pada tahun ini. Mereka berupaya menjelaskan bagaimana kenaikan suhu membantu menyebarkan penyakit.

Para peneliti telah berupaya untuk menunjukkan bagaimana perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia berkontribusi langsung terhadap peristiwa cuaca ekstrem seperti angin topan, kebakaran, kekeringan, dan banjir yang melanda dunia pada tahun ini.

Namun menghubungkan bagaimana pemanasan global mempengaruhi kesehatan – seperti memicu wabah atau menyebarkan penyakit – masih merupakan bidang baru.

“Demam berdarah adalah penyakit pertama yang baik untuk dijadikan fokus karena sangat sensitif terhadap iklim,” kata Erin Mordecai, ahli ekologi penyakit menular di Universitas Stanford, kepada AFP.

Penyakit virus itu, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, menyebabkan demam dan nyeri tubuh serta, dalam beberapa kasus, dapat mematikan.

Demam dengue biasanya hanya terjadi di daerah tropis dan subtropis, tetapi peningkatan suhu telah menyebabkan nyamuk merambah daerah baru dan membawa serta demam dengue.

Untuk studi baru itu, yang belum ditelaah oleh rekan sejawat, tim peneliti Amerika mengamati bagaimana suhu yang lebih panas dikaitkan dengan infeksi demam berdarah di 21 negara di Asia dan Amerika.

Seorang pasien demam berdarah sedang menerima perawatan di sebuah rumah sakit di Dhaka, 28 September 2024. (Foto: Munir Uz Zaman/AFP)
Seorang pasien demam berdarah sedang menerima perawatan di sebuah rumah sakit di Dhaka, 28 September 2024. (Foto: Munir Uz Zaman/AFP)

Rata-rata, sekitar 19 persen kasus demam berdarah saat ini di seluruh dunia “disebabkan oleh pemanasan iklim yang telah terjadi,” kata Mordecai, penulis senior untuk studi pra-cetak tersebut.

Mordecai mengatakan suhu antara 20-29 derajat Celcius (68-84 derajat Fahrenheit) ideal untuk penyebaran demam berdarah.

Para peneliti menemukan bahwa daerah dataran tinggi di Peru, Meksiko, Bolivia, dan Brazil yang akan menghangat hingga kisaran suhu ini dapat mengalami peningkatan kasus demam dengue sebanyak 200 persen dalam 25 tahun ke depan.

Analisis tersebut memperkirakan setidaknya 257 juta orang saat ini tinggal di wilayah di mana pemanasan global dapat melipatgandakan angka demam dengue selama periode tersebut.

Bahaya ini hanyalah “alasan lain mengapa Anda harus peduli terhadap perubahan iklim,” kata Mordecai.

Menurut angka Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) lebih dari 12,7 juta kasus demam dengue tercatat di seluruh dunia pada tahun ini pada September, hampir dua kali lipat rekor total pada 2023.

Namun Mordecai mengatakan, banyaknya laporan yang tidak dilaporkan berarti jumlah sebenarnya kemungkinan mendekati 100 juta.

Penelitian ini dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Society of Tropical Medicine and Hygiene di Kota New Orleans, negara bagian Louisiana, Amerika Serikat. [ft/ah]

Tunjukkan lebih banyak

XS
SM
MD
LG