Seorang iman di sebuah masjid di California membuat judul menggelitik dalam khotbah Jumatnya: “Thank God for the coronavirus.” Judul itu memicu perbincangan, terutama mereka yang mempertanyakan eksistensi Tuhan pada saat mereka menghadapi wabah virus corona, dan apa peran Tuhan dalam wabah ini.
Muslim Advocates, organisasi hak-hak sipil nasional yang bekerja di pengadilan, dalam bidang-bidang kekuasaan dan di tengah komunitas untuk menghentikan kebencian dan diskriminasi, baru-baru ini mengumumkan prakarsa bertagar MuslimsAct (#MuslimsAct).
Hamtramck (baca : Haemtremik) di negara bagian Michigan adalah kota pertama di Amerika yang penduduk dan anggota dewan kotanya mayoritas beragama Islam. Sebagai mayoritas, muslim di kota ini berusaha menjaga toleransi agar kehidupan harmonis antar warga tetap terjalin.
Warga berusia di atas 65 tahun di masa pandemi COVID -19 tergolong usia rentan, sehingga mereka harus ekstra hati hati. Dan bukan yang bersangkutan saja yang dituntut untuk menjaga diri, namun anak cucupun juga tak luput dari tanggung jawab menjaga kesehatan orang tua atau kakek dan neneknya.
Ramadan dan lebaran tahun ini sangat berbeda karena tak ada salat berjamaah di masjid dan tak ada kumpul-kumpul. Simak pengalaman Ramadan mahasiswi Indonesia di NYC serta pengalaman lebaran isteri Dubes RI di Amman dan para personil grup musik Native Deen.
Menyadari imbas pandemi virus corona terhadap situasi keuangan anggotanya, IMAAM menggalakkan ekonomi kreatif, mulai dari service kendaraan hingga menjajakan masakan khas Indonesia. Prakarsa itu sudah berjalan dan dirasakan sangat membantu. Karlina Amkas menyampaikan laporannya.
Perayaan lebaran di Amerika tidak jauh berbeda dibanding tahun lalu dengan masa pandemi covid19 ini. Kelompok musik nasyid Native Deen asal Amerika bercerita pengalaman mereka Ramadan tahun ini dan harapan pada Idul Fitri.
Tunjukkan lebih banyak