Kegiatan migran dan pengungsi hari Senin (4/4) itu menandai mulainya pemberlakuan rencana untuk membendung migran illegal ke Eropa, rencana yang dikecam oleh organisasi-organisasi hak azasi manusia.
Para migran yang terjebak di lokasi yang sebelumnya adalah kamp pengungsi di Yunani, kini khawatir akan dideportasi ke Turki.
Beberapa jam sebelum dimulainya deportasinya ratusan migran dari Pulau Lesbos, pejabat-pejabat Yunani masih belum siap melakukan deportasi sesuai perjanjian antara Uni Eropa dan Turki.
Rencana pemulangan para migran dari Yunani ke Turki memicu demonstrasi di kedua negara. Pada saat yang sama para migran yang terjebak di kamp-kamp darurat di Yunani yang berbatasan dengan Makedonia menuntut dibukanya pintu perbatasan agara mereka dapat melanjutkan perjalanan ke Eropa.
Kelompok itu, termasuk warga Suriah, diangkut ke kota Dikili, Turki barat sesuai dengan persetujuan Uni Eropa-Turki yang mulai berlaku 4 April.
Uni Eropa dan Yunani akan mulai mengirim migran, termasuk warga Suriah, dari pulau-pulau Yunani ke Turki pada hari Senin.
Ia juga menekankan perlunya mengatasi “akar penyebab” krisis pengungsi dengan melawan ISIS, memperluas gencatan senjata Suriah dan mencapai kemajuan dalam perundingan-perundingan perdamaian.
Polisi Yunani bentrok dengan ratusan migran yang dilarang masuk ke Makedonia, di perbatasan utara negara itu hari Selasa (29/3).
Amerika menyediakan dana tambahan sebesar 20 juta dolar kepada Eropa untuk membantu upaya-upaya internasional menanggapi krisis migran.
Orang-orang yang berbicara atas nama warga Irak dan Suriah, termasuk Kurdi dari kedua negara, telah memberitahu polisi bahwa mereka tidak turut dalam protes hari Minggu (27/3) dan bahwa pemrotes itu berasal dari Afghanistan dan Pakistan.
Dalam sebulan terakhir, 15 perempuan dan anak perempuan menghadapi serangan seksual di jalan-jalan termasuk upaya penyerangan terhadap anak perempuan usia 15 tahun.
Tunjukkan lebih banyak