Pemilik senjata di Selandia baru telah menyerahkan lebih dari 10 ribu senjata api dalam program yang dilancarkan pemerintah untuk mencegah terulangnya penembakan massal seperti yang terjadi pada Maret lalu. Penembakan massal itu menewaskan 51 orang dan melukai puluhan lainnya.
Hingga Minggu (11/8), sebanyak 10.242 senjata api telah diserahkan kepada polisi sejak program itu dimulai bulan lalu. Pemiliknya mendapat sejumlah uang ganti rugi. Sebanyak 1,269 senjata api lainnya diserahkan kepada polisi dalam program amnesti, dimana pemiliknya tidak ditanya kapan atau bagaimana mereka memperoleh senjata itu.
Program pembelian senjata api milik pribadi itu akan dilanjutkan sampai 20 Desember.
Sebuah rancangan UU untuk melarang pemilikan senjata api semi-otomatis telah diajukan ke parlemen dua minggu setelah pembantaian massal itu.
Pemerintah Australia pada 1996 juga mengadakan program yang sama setelah terjadi penembakan massal yang menewaskan 36 orang. Kira-kira 650 ribu senjata api berhasil dikumpulkan. Pemerintah juga melarang pemilikan senjata api semi-otomatis, shotguns atau senapan penabur, dan pump action rifles -- senapan yang bagian depannya bisa didorong maju-mundur untuk membuang selongsong peluru dan sekaligus mendorong peluru baru ke dalam laras.
Sejak itu, di Australia tidak pernah terjadi lagi penembakan massal. Pembunuhan dan bunuh diri dengan menggunakan senjata api juga jauh berkurang. [ii/ft]