Jumlah warga Palestina yang tewas di Jalur Gaza akibat perang Israel-Hamas pada hari Senin (16/12) mencapai lebih dari 45.000 orang. Hal ini disampaikan pejabat Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, wilayah yang dikelola oleh Hamas, yang tidak membedakan korban warga sipil dan kombatan. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.
“Kami ingin mengatakan pada dunia bahwa ini sudah cukup. Genosida ini sudah cukup. Perang ini sudah cukup,” ujar Osama Lubbad, seorang warga Palestina yang mengungsi dari Beit Lahiya.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan sejak perang berkobar pada 7 Oktober 2023 lalu, jumlah korban tewas telah mencapai 45.028 orang, sementara 106.962 lainnya luka-luka. Pejabat kementerian itu menambahkan bahwa jumlah korban sesungguhnya jauh lebih besar karena ribuan mayat masih terkubur di bawah puing-puing reruntuhan bangunan yang diserang dan tim medis tidak dapat mengevakuasi mereka.
Perang terbaru Israel-Hamas ini merupakan pertempuran yang paling banyak menelan korban jiwa, di mana jumlah korban tewas saat ini mencapai sekitar dua persen dari total populasi Gaza sebelum perang yang berjumlah sekitar 2,3 juta jiwa.
“Gaza telah mati. Ia mati tanpa kain kafan,” kata Mohammad Sulaiman, yang mengungsi dari Kota Gaza.
Israel Tuding Hamas, Kelompok HAM Nilai Israel Gegabah
Israel mengklaim Hamas bertanggung jawab atas jatuhnya korban jiwa warga sipil karena kelompok militan itu beroperasi dari dalam wilayah sipil di Jalur Gaza yang padat penduduknya.
Namun kelompok-kelompok HAM dan warga Palestina mengatakan Israel telah gagal mengambil tindakan pencegahan yang memadai untuk menghindari kematian warga sipil.
Perang ini berawal ketika Hamas menyerbu bagian selatan Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang, dan menculik 250 orang lainnya. Sebagian besar sandera telah dibebaskan dalam gencatan senjata pertama pada November 2023, namun sekitar 100 sandera lainnya masih berada di Gaza, meskipun sepertiga dari mereka diyakini telah tewas. [em/jm]
Forum