"Saya senang sekali. Saya pendukung besar Donald Trump, saya rasa ini kesempatan yang luar biasa, ia pantas mendapatkan (posisi) ini karena ia telah bekerja sangat keras. Saya mendukung dia sejak awal," ujar John Simon, seorang warga Amerika yang berusia sekitar 80 tahun. Ia mendapat tempat istimewa di Capitol Hill untuk menyaksikan secara langsung pelantikan Donald Trump sebagai presiden. John Simon yang ditemani istrinya mengatakan telah memberi dukungan pada Trump sejak ia pertama kali mengumumkan kesiapannya bertarung sebagai calon presiden Amerika pada Juni 2015.
"Saya yakin ia akan menjadi hebat, perjalanannya menjadi presiden dimulai dengan sangat baik, jadi semoga ia tetap bekerja dengan baik dan memenuhi janjinya," tambah John.
Hal senada disampaikan Ming Canaday, warga Amerika keturunan China, yang baru pertama kali berkesempatan menyaksikan secara langsung pelantikan presiden.
"Saya belum pernah menghadiri inaugurasi sebelumnya jadi saya ingin melihat langsung dan ini momen bersejarah," katanya.
Ming adalah salah seorang penyandang difabel yang juga menjadi salah satu kelompok yang berada di baris terdepan dalam pelantikan di tengah hujan rintik-rintik itu. Meski ia enggan menyatakan secara terbuka apakah ia mendukung Trump atau tidak, Ming, yang baru menyelesaikan pendidikan strata dua dalam bidang sejarah, mengatakan warga Amerika harus memberi kesempatan pada Trump.
“Menurut saya setiap presiden baru berhak mendapat kesempatan, apalagi karena ia akan mulai bekerja. Berikan kesempatan padanya untuk melakukan apa yang telah ia rencanakan untuk negara ini. Semoga rencananya sesuai dengan apa yang rakyat inginkan seperti lowongan kerja, kesempatan dan berakhirnya kemiskinan. Ia sekarang presiden Amerika, apakah kita memilihnya atau tidak ia tetap presiden kita. Saya harap pekerjaan ini ia anggap serius dan ia bisa memimpin kita," papar Ming.
Selain warga Amerika, ada pula warga Indonesia yang ikut menghadiri pelantikan Jum’at siang itu, yaitu pebisnis terkenal Harry Tanoesoedibjo. Ditemui VOA seusai acara pelantikan, Harry Tanoe, demikian panggilan akrab beliau, mengatakan mendapat undangan sebagai mitra bisnis Trump.
"Saya diundang dalam kapasitas sebagai partner karena ada proyek yang kita kerjakan di Bogor dan Bali. Saya diundang di semua acara, mulai dari kemarin di welcome concert, swearing in, parade, dinner dan after party," jelasnya.
Tetapi pemimpin MNC Group yang diketahui sedang membangun dua resor mewah yang akan dikelola oleh anak perusahaan Trump Organization itu buru-buru menampik anggapan bahwa kehadirannya atau bisnis yang dijalinnya sejak lama dengan miliarder real estate itu akan memicu konflik kepentingan. Harry Tanoe mengatakan telah memulai bisnisnya pada awal tahun 2015, jauh sebelum pemilu Amerika.
"Saya rasa tidak karena kerjasama ini sudah terjadi sejak ia belum mencalonkan diri sebagai calon presiden," tambahnya.
Harry Tanoe juga berharap Indonesia bisa lebih menjalin kerjasama dengan Amerika untuk mengejar ketertinggalannya.
"Tadi saya sempat termenung bagaimana memajukan dan mensejahterakan Indonesia sambil memperkecil kesenjangan ekonomi kita. Itu cita-cita kita. Saya sangat terharu melihat pelantikan ini dan ingin belajar banyak," ungkapnya.
Lalu bagaimana jika Donald Trump tidak berhasil memenuhi harapan-harapan itu? Menurut Ming Canaday, warga tidak perlu segan-segan berbicara, dan jika perlu melangsungkan demonstrasi secara damai.
"Saya pikir kita harus bicara dan melakukan protes damai bila perlu. Pemimpin kita di Senat dan Kongres, semua punya suara. Kita harus bicara. Walaupun kita punya banyak alasan untuk tidak bicara karena alasan gender, keyakinan dan lainnya. Kita harus bicara karena hal itu yang kita (Amerika) yakini," ujarnya. [em]