Ibu kota Ukraina berhasil memulihkan sebagian besar jaringan listriknya pada hari Jumat (10/3), kata para pejabat, sementara Ukraina kembali merespons dengan cepat dan gigih gempuran rudal dan drone terbaru Rusia yang menargetkan infrastruktur penting negara itu.
Dalam apa yang tampaknya merupakan taktik Kremlin sejak musim gugur yang lalu, pasukan Rusia menyerang Ukraina dari jauh di tengah kebuntuan medan perang selama berbulan-bulan di garis depan di Ukraina timur. Tujuan yang jelas adalah untuk melemahkan tekad Ukraina serta untuk memaksa pemerintah Ukraina merundingkan perdamaian di bawah persyaratan yang ditentukan Moskow.
Pihak berwenang Ukraina bergegas untuk menanggapi dampak pengeboman, yaitu bagian dari perulangan terhadap siklus perusakan dan perbaikan kota, yang hanya membawa sedikit perubahan dalam perang yang baru saja memasuki tahun kedua.
Lembaga untuk Studi Perang (The Institute for the Study of War), sebuah think tank yang berbasis di Washington DC, mengatakan dalam sebuah penilaian bahwa "serangan-serangan rudal itu tidak akan melemahkan tekad Ukraina atau meningkatkan posisi Rusia di garis depan."
Analis militer Ukraina Oleh Zhdanov mengatakan Rusia menyerang infrastruktur sipil, karena mereka tidak dapat secara efisien menargetkan aset militer Ukraina.
"Rusia kekurangan data tentang lokasi pasukan dan senjata Ukraina, jadi mereka menargetkan infrastruktur sipil dan menggunakan metode lama yang sama untuk menyerang warga sipil untuk menyebarkan ketakutan dan kepanikan di masyarakat," katanya. "Ukraina selamat dari musim dingin dan serangan Rusia pada sistem energi di musim semi hampir tidak masuk akal."
Listrik dan air dipulihkan di Kyiv, kata Serhii Popko, kepala pemerintahan militer kota itu. Popko mengatakan bahwa sekitar 30% warga di ibu kota Kyiv tetap tanpa pemanas dan pekerjaan perbaikan sedang berlangsung.
Pasokan listrik berhasil dipulihkan ke 90 persen lebih di wilayah Kharkiv timur laut Ukraina, kata pejabat setempat, sementara listrik juga dipulihkan di sepertiga wilayah Zaporizhzhia, Ukraina selatan.
Serangan Rusia adalah serangan terbesar dalam tiga minggu, mengerahkan lebih dari 80 rudal Rusia dan meledakkan drone.
Gempuran Rusia tersebut, yang juga merusak bangunan tempat tinggal, menewaskan enam orang dan menyebabkan ratusan ribu orang tanpa pemanas atau layanan air minum. Serangan itu penting untuk jangkauan amunisi yang digunakan pasukan Kremlin, termasuk rudal jelajah hipersonik Kinzhal yang merupakan salah satu senjata paling canggih di gudang senjata Rusia.
Meski begitu, pengeboman terhadap infrastruktur energi yang terjadi pada musim gugur lalu, kini semakin jarang.
“Interval antara gelombang serangan mungkin bertambah, karena Rusia sekarang perlu menimbun sejumlah besar rudal yang baru diproduksi langsung dari industri,” menurut analisa Kementerian Pertahanan Inggris Jumat.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan serangan itu sebagai pembalasan atas serangan baru-baru ini ke wilayah Bryansk di Rusia barat oleh apa yang diklaim Moskow sebagai penyabot Ukraina. Ukraina membantah klaim tersebut dan memperingatkan bahwa Moskow menggunakan tuduhan tersebut untuk membenarkan peningkatan serangan yang mereka lakukan. [pp/ft]