Tautan-tautan Akses

Trump: Pemisahan Anak Imigran Ilegal dari Orang Tuanya 'Menyedihkan'


Warga AS dan aktivis imigrasi melakukan unjuk rasa mengecam pemisahan anak-anak dari orang tua yang berupaya memasuki wilayah Amerika secara ilegal.
Warga AS dan aktivis imigrasi melakukan unjuk rasa mengecam pemisahan anak-anak dari orang tua yang berupaya memasuki wilayah Amerika secara ilegal.

Presiden Donald Trump hari Senin mengatakan pemisahan anak-anak dari orang tua yang berupaya memasuki wilayah Amerika secara ilegal merupakan hal yang “sangat menyedihkan,” tetapi ia tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengubah kebijakan tersebut.

“Sebuah negara tanpa perbatasan berarti bukan negara,” ujar Trump. “Kita menginginkan keselamatan dan keamanan bagi negara kami… dan itu dimulai di perbatasan.”

Pemimpin Amerika itu mengatakan Amerika tidak akan menjadi “kamp migran” atau “fasilitas penampungan pengungsi.”

“Tidak akan terjadi selama saya berkuasa,” ujar Trump.

Trump menyalahkan anggota Kongres dari Partai Demokrat atas kebuntuan kebijakan imigrasi Amerika, meskipun Partai Republik yang mengusung Trump menguasai kedua majelis di Kongres, dan kebijakan perbatasan terkait keluarga ditetapkan oleh pemerintahannya.

“Saya dengan tegas mengatakan itu karena kesalahan Demokrat,” ujar Trump. Ia mengatakan kebijakan-kebijakan perbatasan “hanya dapat diterapkan dengan sangat cepat” jika Demokrat “bersedia” untuk berunding dengan Partai Republik yang menguasai mayoritas, yang juga terpecah dalam isu imigrasi.

Trump berbicara di Gedung Putih ketika anggota-anggota Partai Republik dan Partai Demokrat menyerang Trump dan pemerintahannya karena penegakan kebijakan perbatasan yang keras, yang memisahkan keluarga, dimana hampir dua ribu anak dikirim ke pusat-pusat penahanan massal atau fasilitas pengasuhan sejak pertengahan April hingga akhir May ini.

Istri Trump, ibu negara Melania Trump, pada hari Minggu (17/6) lewat seorang juru bicara menyampaikan pernyataan kebijakan publik yang jarang dilakukannya, dengan mengatakan ia “tidak suka melihat anak-anak terpisah dari keluarga mereka, dan berharap kedua pihak di Kongres dapat bersatu guna mencapai reformasi imigrasi yang sukses.” Ia berpendapat “Amerika perlu menjadi negara yang menegakkan semua aturan hukum, tetapi juga memerintah dengan hati nurani.”

Mantan ibu negara Laura Bush, istri mantan presiden George Walker Bush yang juga dari Partai Republik, menulis sebuah artikel opini di suratkabar Washington Post hari Senin (18/6) bahwa pemisahan anak-anak di perbatasan adalah hal yang “kejam” dan “tidak bermoral,” dan “membuatnya sangat sedih.”

Di New Orleans, Menteri Keamanan Dalam Negeri Kirstjen Nielsen dan Jaksa Agung Jeff Sessions, dalam pidato di hadapan kelompok penegak hukum hari Senin (18/6), membela sikap pemerintahan Trump untuk memisahkan keluarga jika berupaya memasuki Amerika secara ilegal, dan bertekad akan mengadili para migran dan tidak akan minta maaf atas kebijakan yang diberlakukan.

Trump dalam serangkaian pernyataan di Twitter, mengecam masalah yang dihadapi Eropa akibat imigrasi massal dan bertekad akan mengendalikan arus migran ke Amerika.

“Anak-anak digunakan oleh beberapa penjahat terburuk di bumi sebagai sarana memasuki negara kami,” cuit Trump. “Lihat saja kejahatan yang terjadi di selatan perbatasan. Sejak lama negara-negara itu merupakan tempat paling berbahaya di dunia. Ini tidak akan terjadi di Amerika,’’ tambahnya.

Dalam teguran terhadap Amerika, yang jarang disampaikan, Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan anak-anak migran tidak boleh dipisahkan dari keluarga mereka di perbatasan Amerika-Meksiko. “Anak-anak tidak selayaknya harus mengalami trauma karena dipisahkan dari orang tua mereka. Kesatuan keluarga harus dilestarikan,” ujar juru bicara Guterres.

Komisaris Tinggi HAM Zed Ra’ad Al Hussein mengatakan upaya menghalangi orang tua memasuki perbatasan Amerika dengan membuat anak-anak menderita adalah melanggar etika. “Pak Presiden, orang tidak kehilangan hak asasi hanya karena melintasi perbatasan tanpa visa,” ujar Zeid, yang menambahkan “saya menyesalkan sikap banyak negara yang menerapkan kebijakan untuk membuat negara mereka sedapat mungkin tidak, dengan meningkatkan penderitaan banyak orang yang memang sudah rentan.”

Trump dijadwalkan bertemu dengan fraksi Republik di DPR hari Selasa (19/6) untuk membahas dua RUU reformasi imigrasi yang diusulkan Partai Republik, yang saling bertolakbelakang.

Kedua RUU itu akan memberikan status hukum kepada beberapa ratus ribu imigran tanpa dokumen yang dibawa ke Amerika secara ilegal ketika masih anak-anak, melakukan perubahan luas pada imigrasi legal, dan meningkatkan keamanan di perbatasan Amerika. Tidak jelas apakah ada dari kedua RUU itu akan mendapat cukup suara untuk diloloskan. [em/ds]

XS
SM
MD
LG