Gunung Putih, satu-satunya tambang aktif di Greenland, tersusun atas batuan anorthosite yang kaya kalsium dan mineral lainnya. Batuan itu dikirim ke seluruh dunia untuk membuat serat kaca, cat, filler, semen dan plastik.
Bent Olsvig Jensen, direktur pelaksana Lumina Sustainable Materials di Greenland, yang mengelola tambang tersebut, mengatakan, “Greenland adalah negara yang penuh mineral. Kami benar-benar punya mineral yang tersedia di mana-mana.”
Mineral yang dimaksud mencakup mineral langka yang berperan penting dalam pengembangan teknologi hijau, yang rantai pasoknya didominasi China saat ini.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump ingin mengambil alih kendali Greenland dari Denmark, karena, menurutnya, langkah itu penting demi “keamanan internasional.”
Greenland dan Denmark menolak gagasan tersebut. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan tambang justru melihat sebuah peluang.
“Ketertarikannya pada Greenland sebetulnya bisa membantu industri ini memperoleh akses investasi lebih jauh, yang dibutuhkan industri untuk berkembang di Greenland. Maka, ya, saya tentu saja menyambut baik gagasan itu. Dan saya rasa penting bagi kalangan industri maupun kalangan politik di Greenland untuk memosisikan diri kita ke arah Trump dan Amerika Serikat,” jelas Bent Olsvig Jensen.
Menteri sumber daya mineral Greenland, Naaja Nathanielsen, mengatakan Greenland terbuka untuk bisnis, tetapi bukan untuk dijual. “Kami menginginkan investasi Amerika. Kami menginginkan kolaborasi dengan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, dan kami telah cukup lama mencoba memperjuangkannya.”
Greenland menandatangani perjanjian dengan Trump pada masa pemerintahannya yang pertama, pada 2019, untuk mendorong industri pertambangan di negara itu. Akan tetapi, investasi yang masuk masih kurang, kata Nathanielsen.
“Selama bertahun-tahun, kami melihat adanya keraguan di kalangan investor untuk terlibat dalam proyek-proyek berisiko tinggi dan jangka panjang.”
Penambangan batu rubi dan safir merah muda di Aappaluttoq berakhir pada 2023, ketika operatornya, Greenland Ruby, dinyatakan bangkrut. Nyatanya, risiko tidak selalu diganjar dengan hasil yang sepadan.
Akan tetapi, pemerintah Greenland berharap kekayaan mineralnya suatu saat nanti akan memberi negara itu pondasi ekonomi yang cukup untuk bisa merdeka sepenuhnya dari Denmark.
Ulrik Pram Gad, peneliti senior Danish Institute for International Studies, mengatakan, “Jika Anda ingin menambang mineral dan mendanai kemandirian ekonomi Greenland, maka Anda perlu memastikan dunia internasional dapat menyerapnya. Lalu, Anda juga mungkin harus memikirkan dengan cermat cara untuk memastikan bahwa proyek-proyek tambang ini benar-benar memberikan manfaat bagi warga sekitar, alih-alih hanya menjadi bentuk ekstraksi imperialis baru.”
Yang jelas, terdapat sejumlah tantangan logistik. Greenland diliputi es hampir sepanjang tahun, meski perubahan iklim membuat musim dingin menjadi lebih singkat. Selain itu, hanya terdapat sedikit akses jalan – sebagian besar wilayah di pulau yang luas itu berupa alam liar Arktika. Tidak ada yang bisa mendapat untung dalam semalam, kata Bent Olsvig Jensen dari Lumina.
“Butuh waktu untuk mengembangkan sebuah proyek dari eksplorasi tahap awal hingga Anda memiliki sebuah tambang, di mana Anda bisa menambang dan mulai menjual.”
Masyarakat Greenland berharap kemelut politik yang dipicu oleh perhatian Trump terhadap negara itu suatu hari akan membuahkan hasil, membawa kemakmuran – bahkan status negara – ke pulau Arktika yang terpencil itu. [rd/ns]
Forum