Pernyataan berulangnya dalam beberapa pekan terakhir memicu kekhawatiran dan perdebatan di antara 57.000 penduduk pulau Arktik tersebut, serta memunculkan kekhawatiran di kalangan sekutu Eropa Amerika Serikat.
“Greenland tempat yang hebat. Kita membutuhkannya demi keamanan internasional. Dan saya yakin Denmark pada akhirnya akan setuju,” kata Presiden Trump.
“Penduduk Greenland tidak senang dengan Denmark, seperti yang Anda ketahui. Saya kira mereka senang dengan kita… putra saya dan beberapa perwakilan pergi ke sana dua minggu lalu dan mereka menyukai kita. Jadi, kita lihat saja nanti,” ujar Trump kepada wartawan di Kantor Oval pada Senin (20/1), hanya beberapa jam setelah ia dilantik sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat .
Putra presiden, Donald Trump Junior, mengunjungi ibu kota Greenland, Nuuk, pada 7 Januari. Di sana, ia membagikan topi baseball bertuliskan “Make America Great Again” dan makan siang bersama sejumlah warga setempat, lalu kembali ke Amerika Serikat beberapa jam kemudian.
Pada hari yang sama di Florida, saat masih menyandang status presiden-terpilih, Trump menolak menutup kemungkinan untuk menggunakan kekuatan ekonomi atau militer demi menguasai pulau di kawasan Arktik itu.
“Tidak untuk Dijual”
Denmark dan sekutu-sekutu Eropanya menanggapinya dengan hati-hati, menekankan pentingnya menghormati kedaulatan internasional sembari berupaya tidak menyinggung perasaan Trump.
Greenland sendiri sudah memiliki otonomi yang luas, meski Denmark masih bertanggung jawab atas urusan keamanan pulau tersebut. Naaja Nathanielsen, menteri senior di pemerintahan otonom Greenland, memberi tanggapan sederhana terhadap pernyataan Trump. “Kami bukan barang dagangan. Dan kami tidak dijual,” ujarnya kepada VOA.
Meski begitu, Nathanielsen melihat adanya titik temu dengan Washington. “Kalau menyingkirkan retorikanya, saya menangkap dua pesan dari Amerikaa Serikat,” katanya. “Satu, kita perlu menimbang aspek keamanan nasional, dan kami sepakat dengan pandangan Amerika Serikat tersebut. Kami sudah berusaha mengusulkannya selama beberapa tahun. Sudut pandang lain yang saya tangkap adalah mereka ingin terlibat lebih dalam sektor mineral Greenland. Dan itu sama sekali bukan masalah bagi kami.”
Perubahan Politik
Greenland dijadwalkan menggelar pemilu umum paling lambat April mendatang, dan pemerintah setempat ingin mengadakan referendum mengenai kemerdekaan penuh dari Denmark secara bersamaan.
“Warga Greenland sendirilah yang harus menentukan seperti apa masa depan kita,” kata Perdana Menteri Greenland Múte Egede dalam debat yang disiarkan langsung pada Minggu (19/1), bersama para pemimpin politik dari Denmark dan Greenland.
“Kami sudah dengan tegas menyatakan bahwa Greenland, dan kita semua di negara ini, tidak ingin menjadi warga Amerika. Kami juga tak mau jadi warga Denmark. Kami orang Greenland,” ujarnya.
Setelah berabad-abad berada di bawah kendali Denmark, angin perubahan politik di Greenland kian kencang, kata Arnaq Nielsen, editor opini di kantor berita Sermitsiaq. “Semuanya berpuitar pada kunjungan Trump Junior dan itulah yang dibicarakan semua orang di sini,” kata Nielsen kepada VOA di ruang redaksi Sermitsiaq di Nuuk.
“Perkembangannya sangat cepat. Sekarang ini sudah lebih dari sekadar hubungan rumit antara Denmark dan Greenland. Tiba-tiba Trump Junior datang dan semuanya meledak. Sulit memahami apa yang sebenarnya terjadi.”
“Hanya segelintir orang di sini yang benar-benar senang Trump Junior datang. Dan segelintir lainnya benar-benar tidak suka dia berkunjung. Tapi kebanyakan warga tak terlalu vokal karena hanya dua kubu ekstrem inilah yang terdengar,” imbuh Nielsen.
Media Sosial
Kedua kubu itu kian mengeras lewat media sosial. Para YouTuber mengikuti jejak kunjungan Trump Junior ke Greenland, membagikan lembaran uang dolar Amerika Serikat kepada orang yang lewat, sekaligus topi baseball berslogan “Buat Greenland Berjaya Lagi” (“Make Greenland Great Again”). Para influencer ini tidak terafiliasi dengan pemerintahan Trump.
Beberapa warga Greenland menyambut hangat kedatangan mereka. Namun, lainnya bereaksi keras. Sebuah video yang diunggah pekan lalu memperlihatkan seorang warga setempat merobek uang dolar dan menginjak topi “Make Greenland Great Again.” “Kalian pikir bisa membeli kami?,” kata pria tersebut.
Penduduk Nuuk yang berbicara kepada VOA pun terpecah pendapatnya terhadap perhatian dunia yang meningkat. “Saya kira kita berada dalam situasi yang buruk. Para politisi kita menanganinya dengan sangat keliru. Mereka tergoda oleh sesuatu yang jauh lebih besar ketimbang kemampuan mereka mengelolanya. Saya tidak tahu akan berakhir seperti apa. Yang paling menakutkan adalah jika kita kehilangan hubungan dengan Denmark,” kata Per Chemnitz, warga Nuuk.
Aká Grønvold, yang juga tinggal di ibu kota Greenland, justru menyambut intervensi keluarga Trump. “Sekarang, perhatian dunia tertuju pada Greenland. Itu sangat baik dan memang sudah saatnya Greenland mendapat sorotan lebih,” ujarnya kepada VOA.
“Make Greenland Great Again”
Perhatian tersebut tampaknya akan terus berlanjut. Anggota parlemen Partai Republik di Amerika Serikat pekan lalu mengajukan RUU bertajuk “Make Greenland Great Again Act,” yang memungkinkan Presiden Trump memulai negosiasi dengan Denmark untuk membeli Greenland. Belum jelas apakah RUU tersebut akan mendapat dukungan kongres yang cukup.
Denmark mengulang pernyataan Greenland bahwa pulau tersebut “tidak dijual,” tetapi menyatakan akan menyambut kerja sama lebih erat dengan Presiden Trump di bidang keamanan dan ekstraksi mineral.
Menguasai Greenland berbiaya besar, kata analis Jon Rahbek-Clemmensen dari Royal Danish Defense College. “Kalau Amerika Serikat masuk dan membeli Greenland, Amerika Serikat tiba-tiba juga harus membayar biaya untuk menjalankan masyarakat Greenland—biaya yang selama ini ditanggung pemerintah Denmark, sekitar 750 juta hingga 1 miliar dolar Amerika Serikat per tahun,” jelas Rahbek-Clemmensen.
“(Amerika Serikat) mendapatkan semua kepentingannya tanpa perlu menanggung biayanya. Dari segi geopolitik, tidak ada banyak alasan untuk mengubah situasi saat ini. Jadi, jika saya harus menjelaskan mengapa Trump tertarik pada Greenland… mungkin hal ini terkait ideologi ‘Make America Great Again’.”
“Dalam konteks ini, menguasai Greenland secara harfiah akan membuat Amerika Serikat menjadi lebih besar, setidaknya dari segi wilayah,” tuturnya kepada VOA. [th/ab]
Forum