Tim SAR Indonesia berjuang melawan ombak yang bergelora dan laut yang keruh hari Kamis (8/1) dalam upaya mengambil “kotak hitam” perekam data dari bagian ekor pesawat AirAsia.
Meskipun upaya pencaharian dilakukan secara intensif, baru seperempat dari 160 lebih penumpang dan awak pesawat yang jatuh itu telah ditemukan mayatnya.
Pihak berwenang Indonesia didukung oleh tim internasional yang terdiri dari lebih 80 penyelam AL, hari Kamis berharap bisa mengangkat bagian ekor pesawat yang berisi “kotak hitam” pesawat AirAsia itu dari dasar Laut Jawa.
Meskipun telah menemukan ekor pesawat itu Rabu di dasar laut pada kedalaman sekitar 30 meter, para penyelam kesulitan untuk mengambil kotak perekam data penerbangan itu yang dianggap penting untuk mengetahui apa yang terjadi dalam kecelakaan tanggal 28 Desember itu.
Kapal-kapal derek yang bisa mengangkat beban berat siap mengangkat ekor pesawat itu dari dasar laut.
Tapi upaya pencaharian masih terhalang oleh laut yang bergelombang dan keruh, cuaca buruk bercampur dengan hujan badai sejak pencaharian dilakukan.
Tim-tim pencari telah menemukan koper-koper dan bagian-bagian kecil pesawat itu termasuk kursi-kursi dan pintu darurat. Reruntuhan pesawat tampaknya terpecah menjadi empat bagian besar.
Henry Bambang Soelistyo, kepala Badan SAR nasional mengatakan kepada wartawan bahwa pencaharian akan dilanjutkan setelah penemuan bagian ekor pesawat itu. ia mengatakan tim pencari berusaha memastikan apakah kotak hitam itu masih berada di reruntuhan ekor pesawat atau sudah terlepas.
Pihak berwenang hari Kamis mengatakan jika rekaman penerbangan itu rusak, akan diperlukan waktu dua minggu untuk membaca data itu.
Sejauh ini sekitar 40 mayat dari 162 penumpang dan awak telah ditemukan. 24 diantaranya telah dikenali.
Anton Castilani, Ketua Tim identifikasi Bencana Indonesia mengatakan mayat-mayat ditemukan lagi hari Kamis dan akan dibawa ke Surabaya untuk identifikasi resmi.
"Kami masih menyelidiki DNA yang lainnya. Dari Pangkalan Bun saya menerima informasi mereka mengangkat empat mayat lagi dari laut. Saya yakin jika mereka menemukan bagian besar pesawat, saya berharap mereka menemukan lebih banyak mayat di dalam pesawat itu, itu yang saya harapkan," ujar Anton.
Castilani mengatakan, meskipun ada keprihatinan mengenai tingkat pembusukan mayat, tim forensik terlatih menggunakan DNA dan sumber-sumber lain untuk mengenai para korban.
Tragedi AirAsia pada tanggal 28 Desember pagi terjadi dalam penerbangan rutin dua jam dari Surabaya ke Singapura.
Analisa awal oleh departemen meteorologi Indonesia mengatakan hujan badai menjadi faktor utama kecelakaan itu. Pengamat industri penerbangan mengatakan cuaca dingin dan lapisan es menyebabkan mesin pesawat itu tidak berfungsi.
Kementerian Perhubungan Indonesia juga melancarkan penyelidikan terhadap kecelakaan itu dan mengatakan AirAsia tidak mempunyai ijin terbang dari Surabaya ke Singapura pada hari Minggu tapi mendapat ijin terbang pada empat hari lainnya dalam seminggu.
Pemimpin AirAsia Tony Fernandes menolak klaim itu dengan mengatakan AirAsia mendapat ijin penerbangan rute itu tujuh hari dalam seminggu.
Tragedi itu adalah yang pertama bagi perusahaan penerbangan murah yang berbasis di Malaysia itu. Fernandes meluncurkan perusahaan itu tahun 2002 dan kini memiliki 160 lebih pesawat dan cabang di sekurangnya tiga negara Asia termasuk Indonesia.