Banyak pasien jantung berutang nyawa pada alat pacu jantung, perangkat elektronik kecil yang ditanam di bawah kulit dada mereka yang mengatur dan menormalkan irama jantung. Tetapi, alat pacu jantung harus diganti setiap lima tahun sekali atau lebih ketika baterainya mulai lemah. Operasi ulang ini dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi.
Sekarang, peneliti telah membuat sebuah prototipe alat pacu jantung yang tidak memerlukan baterai, dan berjalan dengan listrik yang dihasilkan oleh getaran jantung yang berdetak.
Amin Karami dari Department of Aerospace Engineering di Universitas Michigan Ann Arbor, adalah ilmuwan yang memimpin proyek alat pacu jantung ini. Selama 5 tahun terakhir, Karami dan koleganya telah menguji perangkat yang terbuat dari materi khusus yang dapat mengubah getaran detak jantung menjadi energi listrik. Teknologi ini disebut piezoelectricity.
“Materi piezoelectric ini, ketika membelok, ketika meregang, akan menghasilkan energi listrik. Jadi apa yang kami lakukan adalah merancang perangkat kami agar bergema dengan getaran detak jantung. Segera setelah alat itu bergema karena terbuat dari materi piezoelectric, alat itu akan menghasilkan listrik. Jadi, alat itu mengubah energi getar di dalam tubuh menjadi listrik," paparnya.
Secara teori, alat pacu jantung dengan sumber tenaga dari detak jantung pasien sendiri ini bisa berjalan selamanya. Prototipe itu, menurut Karami, sekitar setengah ukuran baterai saat ini dan mampu menghasilkan sepuluh kali kekuatan alat pacu jantung modern.
Setiap tahun di seluruh dunia, sekitar 700 ribu orang yang menderita gangguan irama jantung dipasangi alat pacu jantung.
Proyek yang didanai bersama oleh pemerintah Amerika dan Inggris ini disajikan pada Pertemuan Tahunan American Heart Association di Los Angeles.
Sekarang, peneliti telah membuat sebuah prototipe alat pacu jantung yang tidak memerlukan baterai, dan berjalan dengan listrik yang dihasilkan oleh getaran jantung yang berdetak.
Amin Karami dari Department of Aerospace Engineering di Universitas Michigan Ann Arbor, adalah ilmuwan yang memimpin proyek alat pacu jantung ini. Selama 5 tahun terakhir, Karami dan koleganya telah menguji perangkat yang terbuat dari materi khusus yang dapat mengubah getaran detak jantung menjadi energi listrik. Teknologi ini disebut piezoelectricity.
“Materi piezoelectric ini, ketika membelok, ketika meregang, akan menghasilkan energi listrik. Jadi apa yang kami lakukan adalah merancang perangkat kami agar bergema dengan getaran detak jantung. Segera setelah alat itu bergema karena terbuat dari materi piezoelectric, alat itu akan menghasilkan listrik. Jadi, alat itu mengubah energi getar di dalam tubuh menjadi listrik," paparnya.
Secara teori, alat pacu jantung dengan sumber tenaga dari detak jantung pasien sendiri ini bisa berjalan selamanya. Prototipe itu, menurut Karami, sekitar setengah ukuran baterai saat ini dan mampu menghasilkan sepuluh kali kekuatan alat pacu jantung modern.
Setiap tahun di seluruh dunia, sekitar 700 ribu orang yang menderita gangguan irama jantung dipasangi alat pacu jantung.
Proyek yang didanai bersama oleh pemerintah Amerika dan Inggris ini disajikan pada Pertemuan Tahunan American Heart Association di Los Angeles.