Polisi Thailand mengatakan mereka telah menuntaskan penyelidikan terbesar dalam sejarah negara ini untuk kasus penyelundupan manusia, dengan menangkap 56 tersangka dan mengeluarkan perintah penahanan untuk lebih dari 60 orang.
Para pejabat mengatakan penyelidikan tersebut, yang berpusat di bagian selatan Thailand, melibatkan pengajuan lebih dari 100.000 dokumen kepada Kejaksaan Agung, yang akan memutuskan akhir bulan depan tuntutan-tuntutan yang akan diajukan kepada para tersangka.
Namun kelompok-kelompok HAM seperti Human Rights Watch (HRW) yang berbasis di New York dan mendukung penyelidikan ini, mempertanyakan tekad politik dari penegak hukum Thailand untuk mengusut kasus ini dengan sungguh-sungguh, karena dapat menggeret sejumlah pejabat militer lainnya.
Sunai Phasuk dari HRW Thailand mengatakan walaupun beberapa tokoh lokal dan politisi termasuk di antara yang ditangkap, penahanan seorang pejabat militer senior menimbulkan kekhawatiran akan transparansi.
"Termasuk di antara gembongnya, pengusaha-pengusaha top di provinsi-provinsi bagian selatan," katanya. "Nama-nama itu sudah dicurigai terlibat selama hampir 10 tahun, dan kini akhirnya mereka ditangkap," katanya. "Seorang jenderal kini masuk dalam jajaran tersangka yang akan didakwa dengan tuduhan penyelundupan manusia dan kejahatan-kejahatan serius lain, ini merupakan pertanda baik." Tapi menurutnya, mustahil bahwa tidak ada pejabat militer lainnya yang terlibat.
Sunai mengatakan dibutuhkan penyelidikan lebih lanjut terhadap bawahan-bawahan jenderal tersebut dan pejabat-pejabat lainnya yang dicurigai terlibat.
Penyelidikan dalam skala besar ini dilakukan setelah ditemukannya ratusan kuburan massal di kawasan hutan Thailand selatan yang berbatasan dengan Malaysia. Sebagian besar jenazah diduga sebagai warga Muslim Rohingya yang berusaha melarikan diri dari penindasan di Myanmar bagian barat.
Dari dulu, banyak warga Muslim Rohingya dan warga dari Bangladesh berpaling pada penyelundup manusia untuk membawa mereka dengan kapal ke Malaysia ataupun Indonesia. Meningkatnya ketegangan antar kelompok etnis dan penindasan terhadap Rohingya di Myanmar telah mendorong perempuan dan anak-anak untuk ikut berusaha melarikan diri.
Penemuan kuburan massal dan terlantarnya ribuan orang di lautan memicu penindakan keras oleh pemerintah Thailand. PBB memperkirakan masih ada 1.200 orang lagi yang hilang di laut. Lebih dari 3.000 migran telah mencapai daratan di Thailand, Malaysia dan Indonesia.
Thailand berada di bawah tekanan Amerika Serikat setelah AS menurunkan peringkat Thailand ke Tingkat 3 dalam laporan penyelundupan manusianya (Trafficking in Persons), yang diiringi dengan ancaman sanksi ekonomi dan keuangan.
Polisi Thailand mengatakan Selasa, mereka berharap AS akan mempertimbangkan menaikkan kembali peringkat Thailand dengan diselesaikannya penyelidikan.
Namun kelompok-kelompok HAM mengatakan penyelidikan dan serangkaian penangkapan tersebut boleh jadi terlambat karena ditempuh setelah tenggat waktu bulan Maret, dan tidak akan memiliki pengaruh signifikan pada peringkat yang ditetapkan AS. Laporan penyelundupan manusia berikutnya akan dirilis AS pada pertengahan bulan Juli.