Dylann Rood, tersangka pelaku penembakan di gereja kulit hitam di South Carolina, didakwa dengan tuduhan pembunuhan 9 orang, menurut polisi Charleston, Jumat (19/6).
Dylann Roof (21), diterbangkan kembali ke South Carolina, Kamis (18/6) di bawah pengawasan FBI, setelah ditangkap kemarin di Shelby, North Carolina.
Roof mengendarai mobilnya ke North Carolina setelah diduga melakukan pembunuh sembilan jemaat, termasuk seorang wanita 87 tahun, dan melukai tiga lainnya dalam Gereja Emanuel AME di Charleston, Rabu malam.
Menurut keterangan polisi, Roof berjalan memasuki gereja dan duduk diam selama satu jam saat pembacaan kitab suci, sebelum berdiri dan berkata bahwa ia harus membunuh orang-orang berkulit hitam.
'Lakukan Apa yang Harus Saya Lakukan'
Seorang keluarga korban mengatakan kepada CNN bahwa seorang penyintas mengatakan kepadanya apa yang Roof katakan kepada para hadirin di gereja, yang semuanya berkulit hitam "kalian telah memperkosa perempuan-perempuan kami, dan telah mengambil alih negara kami. Saya harus lakukan apa yang harus saya lakukan."
Kantor berita Associated Press mengutip keterangan seorang rekan Roof yang baru-baru ini bertemu dengannya, yang mengatakan bahwa Roof mengeluh mengenai "warga kulit hitam yang mengambil alih dunia" dan " seseorang perlu berbuat sesuatu untuk warga kulit putih."
Gubernur South Carolina Nikki Haley mengatakan kepada acara "Today Show" di jaringan televisi NBC, Jumat (18/6), ia menginginkan Roof diadili di South Carolina agar jaksa negara bagian dapat mengajukan hukuman mati.
Siapakah Roof?
Baru sedikit yang diketahui tentang Roof. Dokumen pengadilan menunjukkan bahwa dia pernah ditangkap dalam dua kesempatan terpisah di sebuah pusat perbelanjaan tahun ini untuk pelanggaran narkoba dan memasuki gedung tanpa izin. Ia tidak pernah tercatat pernah lulus SMA.
Seorang pamannya, Carson Cowles, mengatakan kepada Reuters bahwa ayah Roof menghadiahi Dylann sebuah pistol genggam berkaliber .45 sebagai hadiah ulang tahun ke-21.
Sementara itu, Charleston mengumumkan doa bersama bagi para korban akan digelar Jumat malam.
Walikota Charleston Joseph Riley mengatakan penembakan itu merupakan "murni tindakan setan."
Cornell Williams Brooks, presiden Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Kulit Berwarna, mengatakan, "Tidak ada seorang yang lebih pengecut dibandingkan dengan penjahat yang memasuki rumah Tuhan dan membantai orang yang tidak bersalah."
Charleston dikenal sebagai "Kota Kudus" dengan banyaknya gereja di kota tersebut, banyak dari mereka merupakan tempat berkumpul bagi masyarakat dari berbagai macam kelompok etnis.
Masyarakat secara spontan berdatangan ke gereja Mother Emanuel -sebutan masyarakat setempat bagi gereja tersebut - membawa bunga, balon dan plakat untuk mengenang para korban.
Penembakan tersebut merupakan salah satu dari serangkaian serangan terhadap gereja kulit hitam di bagian selatan AS sejak pemboman tahun 1963 di Gereja Baptis16th Street di Birmingham, Alabama, oleh kelompok Ku Klux Klan yang menewaskan empat anak perempunan dan membantu memicu gerakan persamaan hak sipil di AS.
Doa bersama untuk memberi dukungan kepada para korban diadakan di gereja-gereja di seluruh Amerika, Kamis (18/6).
Sebagian materi dalam laporan ini diambil dari AFP and Reuters.