Tautan-tautan Akses

Tentara Arakan Bebaskan Tiga Politisi Partai Berkuasa di Myanmar


Sebuah kelompok pemberontak dari Myanmar Barat, Jumat (1/1), membebaskan tiga politisi partai berkuasa yang diculik dari negara bagian Rakhine yang dilanda konflik. (Foto: Reuters)
Sebuah kelompok pemberontak dari Myanmar Barat, Jumat (1/1), membebaskan tiga politisi partai berkuasa yang diculik dari negara bagian Rakhine yang dilanda konflik. (Foto: Reuters)

Sebuah kelompok pemberontak dari Myanmar Barat, Jumat (1/1), membebaskan tiga politisi partai berkuasa yang diculik dari negara bagian Rakhine yang dilanda konflik.

Juru bicara Tentara Arakan mengatakan, pembebasan itu untuk menunjukkan niat baik mereka dalam membangun kepercayaan pemerintah.

Tiga politisi itu -- dua perempuan dan seorang lelaki -- diculik oleh kelompok terlarang itu pada pertengahan Oktober saat berkampanye di Rakhine sebagai kandidat pemilu parlemen 8 November. Para kandidat itu ditahan selama lebih dari dua bulan.

"Ini adalah isyarat niat baik ... dan kami berharap pasukan Myanmar dan Pemerintah Myanmar juga akan menunjukkan isyarat niat baik yang serupa, " kata juru bicara Tentara Arakan Khine Thu Kha kepada Reuters dalam sebuah rekaman audio dikirim melalui aplikasi pesan.

Juru bicara Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) – partainya Aung San Suu Kyi -- membenarkan bahwa para kandidat itu telah diserahkan ke sebuah kamp tentara dekat Paletwa di negara bagian Chin.

“Kami belum bertemu dengan mereka, jadi kami belum punya informasi lebih lanjut sekarang,” kata juru bicara Myo Nyunt Myo Nyunt kepada Reuters melalui telepon.

Negara bagian Rakhine telah bergejolak selama lebih dari setahun akibat konflik antara pasukan pemerintah dan Tentara Arakan yang memperjuangkan otonomi yang lebih besar untuk wilayah tersebut.

Pertempuran itu terpisah dari kekerasan yang menyebabkan mengungsinya ratusan ribu Muslim Rohingya, juga dari negara bagian Rakhine.

NLD kembali mencetak kemenangan meyakinkan pada pemilu parlemen November lalu. Namun, di Rakhine, partai itu kehilangan sebagian besar kursinya yang diraih pada 2015. Beberapa analis mengatakan, situasi ini mencerminkan kekecewaan banyak pihak terhadap pemerintah pusat yang didominasi oleh mayoritas etnis Bamar.

Sekitar dua pertiga penduduk negara bagian itu tidak dapat memberikan suara mereka karena komisi pemilihan umum menutup beberapa TPS di sana dengan alasan ketidakamanan karena pertempuran antara pasukan pemerintah dan Tentara Arakan. [ab/uh]

Recommended

XS
SM
MD
LG