Dengan usaha perburuan para tersangka serangan teror di Brussels yang masih berlangsung, tekanan terhadap Belgia mencapai tingkat tertinggi, dan bahkan membuat menteri dalam negeri negara itu, Jan Jambon, menawarkan diri untuk mundur.
"Jika kita telusuri semuanya, akan ada pertanyaan-pertanyaan besar di sejumlah bidang, mengenai departemen kehakiman, dan berbagai perkembangan selanjutnya, dan juga mengenai polisi," kata Jan Jambon,
Kecaman datang dari berbagai penjuru dunia. Presiden Turki Recep Tayip Erdogan mengatakan, salah seorang pembom bunuh diri dalam serangan di Brussels seharusnya sudah berada dalam pemantauan Belgia.
"Kami menginformasikan kepada Kedubes Belgia dengan nota diplomatik mengenai pendeportasian itu tanggal 14 Juli 2015. Pihak berwenang Belgia malah membebaskannya," ujar Erdogan.
Orang yang dideportasi itu, yang dimaksud Erdogan adalah salah seorang pelaku serangan teror di Brussels.
Beberapa pejabat AS juga mengecam. Namun yang membuat mereka cemas adalah kegagalan di Belgia dan negara-negara lain di Eropa dalam hal seperti ini bukanlah hal baru. Banyak serangan terorisme yang gagal diantisipasi sejak serangan Madrid pada 2004 dan serangan London pada 2005.
"Kita perlu mempercepat usaha memproses proposal yang sudah ada yang ditujukan untuk melacak aliran dana teroris, untuk memastikan teroris tidak bisa menggunakan kartu kredit atau kartu prabayar, untuk memastikan kita bisa melacak di mana mereka menyimpan senjata," kata Frans Timmermans, wakil Presiden pertama Komisi Eropa.
Ada harapan Pusat Kontraterorisme Eropa yang baru dibentuk akan bisa membantu, namun banyak pejabat dan mantan pejabat kontraterorisme mengatakan, badan itu seharusnya sudah lama didirikan.
"Tidak banyak sejawat kita di Eropa yang memiliki kemampuan setingkat Amerika dalam hal berbagi informasi intelijen," kata Michael Hayden, mantan Direktur CIA.
Ada juga keprihatinan menyangkut usaha memberdayakan badan-badan keamanan Eropa untuk memiliki perangkat hukum dan teknis yang diperlukan guna memperoleh informasi intelijen penting dalam waktu yang tepat.
"Saya memprediksikan ini akan menciptakan tekanan besar di Eropa karena banyak negara di sana mulai menyadari bahwa mereka perlu mengkalibrasi kembali keseimbangan yang diperlukan antara privasi warganya dan hak untuk hidup," lanjutnya.
Seorang pejabat AS mengatakan, kelompok teror ISIS adalah pemantik api yang mendorong badan-badan keamanan berpacu memadamkan api yang disulutnya. [ab/lt]