Kelompok Taliban yang kini berkuasa di Afghanistan dikabarkan datang ke Jakarta awal Juli lalu. Kantor berita AFP dan Nikkei Asia melaporkan kedatangan delegasi di tingkat menengah itu “bertujuan untuk memulihkan hubungan antara Afghanistan dan negara-negara Muslim di dunia.” Tidak ada rincian lain mengenai hal ini.
Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Teuku Faizasyah kepada VOA hari Rabu (26/7) menegaskan kelompok Taliban itu “datang untuk internal dengan perwakilan Afghanistan di Jakarta.”
Ia menggarisbawahi bahwa “sifat kunjungan itu informal” sehingga “tidak ada pertemuan apapun dengan pihak pemerintah atau Kementerian Luar Negeri.”
Meskipun sifat kunjungan itu informal, pihak Kementerian Luar Negeri mengetahui kedatangan beberapa anggota kelompok itu karena mengajukan permohonan visa secara resmi.
Indonesia Tetap Tegaskan Tiga Poin Utama pada Afghanistan
Kementerian Luar Negeri memastikan bahwa sikap Indonesia terhadap Taliban masih seperti yang ditegaskan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ketika berbicara di DPR pada 2 September 2021, seminggu setelah bertemu dengan perwakilan Taliban di Doha, Qatar pada 26 Agustus. Pertemuan di Doha itu juga hanya berselang satu minggu setelah Taliban merebut kembali kekuasaan di Afghanistan setelah mundurnya pasukan koalisi pimpinan Amerika setelah perang selama hampir dua dekade.
Ketika berbicara di DPR, Retno menegaskan bahwa “satu-satunya keinginan Indonesia adalah melihat Afghanistan damai, stabil, dan makmur.” Menurut Retno, ada tiga poin yang disampaikan pemerintah Indonesia dalam pertemuan di Doha itu, yaitu pentingnya pembentukan pemerintah yang inklusif, jaminan untuk tidak menjadikan Afghanistan sebagai tempat latihan dan persembunyian kelompok teroris yang dapat mengancam keamanan dan stabilitas kawasan, serta penghormatan terhadap hak-hak perempuan.
Ketiga poin ini disampaikan kembali oleh Retno ketika bertemu perwakilan Taliban-Afghanistan Amir Khan Muttaqi di Islamabad, Pakistan pada 18 Desember 2021. “Bertemu dengan Wakil Taliban Amir Khan Muttaqi di Islamabad dan membahas situasi kemanusiaan, pendidikan dan pemberdayaan perempuan,” cuit Retno di Twitter ketika itu.
Pertemuan dengan perwakilan Taliban-Afghanistan itu merupakan salah satu pertemuan yang diikuti Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi, selain pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Qatar Khalid bin Khalifa bin Abdulaziz Al Thani, dan Utusan Khusus Presiden Amerika untuk Urusan Afghanistan.
Afghanistan Terpuruk dalam Kemiskinan
Perekonomian Afghanistan ambruk seiring pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban pada pertengahan Agustus 2021. Sejak saat itu warga Afghanistan sangat bergantung pada badan-badan bantuan internasional untuk mendapatkan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan.
Tetapi distribusi bantuan ini mengalami hambatan besar ketika Taliban akhir tahun lalu memberlakukan aturan baru yang melarang seluruh perempuan bekerja di LSM dalam dan luar Afghanistan, termasuk badan-badan bantuan internasional.
Badan Urusan Pangan PBB WFP pada bulan April lalu mengatakan dibutuhkan sedikitnya US$800 juta untuk membantu warga Afghanistan selama enam bulan ke depan, terutama di daerah-daerah yang terancam kelaparan akut. Proyeksi kebutuhan ini tidak memasukkan elemen bencana, yang kerap terjadi di negara berpenduduk 42 juta jiwa itu.
Banjir yang merendam provinsi Wardak dan Ghazni pekan ini misalnya, menewaskan sedikitnya 31 orang dan melukai 74 lainnya. Ratusan hektar lahan pertanian rusak karena terendam banjir setinggi lutut orang dewasa. Juru bicara Taliban di Dewan Otoritas Manajemen Bencana Nasional Shafiullah Rahimi mengatakan pihaknya masih terus melakukan evaluasi daerah-daerah lain yang terdampak banjir dahsyat itu namun belum dilaporkan. [em/jm]
Forum