Taliban mengatakan mereka telah menyetop segala aktivitas organisasi Swedia di Afghanistan sebagai respons atas pembakaran Al-Qur’an di Stockholm.
Pengumuman ini membuat kelompok bantuan nonpemerintah asal Swedia bingung atas masa depan programnya di Afghanistan, menyediakan fasilitas medis dan pendidikan untuk ribuan orang di negara tersebut.
Komisi Swedia untuk Afghanistan mengatakan tengah mengupayakan klarifikasi dari Taliban.
Dua pekan lalu, seorang pria yang diidentifikasi oleh media Swedia sebagai pengungsi dari Irak membakar Al-Qur’an di luar masjid di Stockholm pada Hari Raya Iduladha.
Pembakaran itu menuai kecaman dari negara-negara Islam, termasuk Pakistan dan Afghanistan. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberi sinyal bahwa insiden itu akan semakin menghambat upaya Swedia untuk menjadi anggota NATO, meskipun ia kemudian menarik keberatannya.
Pada Selasa, Zabihullah Mujahid, juru bicara pemerintah Taliban, mengumumkan penangguhan kegiatan Swedia di Afghanistan itu di Twitter.
Emirat Islam [Afghanistan] menangguhkan aktivitas Swedia di Afghanistan sampai mereka meminta maaf kepada kelompok Muslim atas tindakan keji” menista Al-Qur’an, katanya.
Swedia tidak memiliki kantor kedutaan di ibukota Afghanistan, Kabul, sejak Taliban kembali berkuasa di negara itu pada Agustus 2021 sementara AS dan NATO berada pada minggu-minggu terakhir penarikan pasukan mereka setelah dua dekade berperang.
Dalam sebuah pernyataan, Komisi Swedia untuk Afghanistan mengatakan bahwa mereka “mengutuk keras semua tindakan penodaan Al-Qur'an, sama seperti kami mengutuk setiap upaya untuk menciptakan konflik atau permusuhan berdasarkan keyakinan agama, etnis, kebangsaan, atau pemisahan lainnya.”
Masih belum jelas pada hari Rabu apakah organisasi bantuan itu akan diizinkan untuk melanjutkan kegiatannya.
Taliban Afghanistan mengumumkan larangan itu pada Selasa (11/7) ketika Dewan Hak Asasi Manusia PBB sedang membahas masalah pembakaran Al-Qur'an di Swedia.
Pada Rabu (12/7), badan PBB tersebut menyetujui langkah yang menyerukan negara-negara untuk berbuat lebih dalam mencegah kebencian berdasarkan agama setelah pembakaran Al-Qur'an di Eropa. Negara-negara Barat keberatan atas langkah tersebut karena khawatir langkah yang lebih keras oleh pemerintah akan menginjak-injak kebebasan berpendapat.
Tepuk tangan bergemuruh dalam ruang besar Dewan Hak Asasi Manusia setelah perolehan suara 28 banding 12, dengan tujuh abstain. Langkah yang diambil Pakistan dan Palestina itu didukung oleh banyak negara berkembang di Afrika, selain China, India, dan negara-negara Timur Tengah.
Pekan lalu, orang-orang di Pakistan mengadakan unjuk rasa antiSwedia. [ss/ka]
Forum