Otoritas Taliban di Afghanistan dilaporkan telah setuju untuk mengizinkan pelajar perempuan melanjutkan pendidikan tinggi di Pakistan. Syaratnya, wali laki-laki para pelajar putri itu juga diberikan visa untuk menemani mereka , menurut pejabat yang mengetahui rahasia pemahaman tersebut.
Rencana itu terungkap ketika ratusan pelajar Afghanistan mengikuti ujian masuk pada Sabtu (25/1) untuk mendapatkan izin masuk ke program S2, S3, dan Ph.D. di universitas-universitas Pakistan.
Para pejabat melaporkan bahwa pengungsi Afghanistan yang tinggal di Pakistan menghadiri pusat-pusat yang ditunjuk di kota Peshawar dan Quetta untuk mengikuti ujian mereka, sementara siswa di Afghanistan dijadwalkan untuk berpartisipasi secara online selama beberapa hari ke depan.
Mohammad Sadiq, utusan khusus Pakistan untuk Afghanistan, mengumumkan menjelang tes bahwa hampir 21.000 kandidat Afghanistan, termasuk lebih dari 5.000 perempuan, telah mendaftar untuk tahun akademik musim panas mendatang. Kantornya melaporkan “jumlah siswa Afghanistan yang hadir dalam jumlah besar” di pusat tes yang ditunjuk pada hari Sabtu tetapi tidak memberikan jumlah spesifik.
Komisi Pendidikan Tinggi Pakistan sedang melakukan tes masuk untuk menyeleksi hingga 2.000 pelajar Afghanistan, dan sepertiga dari kandidat yang dipilih adalah perempuan.
Pakistan menyampaikan “rasa terima kasih yang sebesar-besarnya” kepada pemerintah Kabul “karena setuju untuk mengizinkan kandidat perempuan yang berhasil melanjutkan pendidikan mereka, dengan syarat mahram [pendamping] diberikan visa untuk menemani mereka,” kata seorang pejabat pemerintah di Islamabad, yang meminta tidak disebutkan namanya karena tidak berwenang untuk membahas masalah ini secara publik dengan media.
Pejabat tersebut menyatakan bahwa visa akan diberikan kepada pendamping “untuk memungkinkan mereka menemani siswa perempuan, sebagaimana diamanatkan oleh hukum Afghanistan,” untuk belajar di institusi Pakistan.
Taliban tidak segera mengomentari pernyataan Pakistan bahwa mereka akan membiarkan anak perempuan Afghanistan melanjutkan pendidikan tinggi di negara tetangganya.
Pakistan menawarkan beasiswa yang didanai penuh kepada ribuan pelajar dari negara tetangganya yang dilanda perang dan kemiskinan. Namun, program untuk pelajar perempuan dihentikan setelah kelompok garis keras Taliban kembali berkuasa pada 2021. Penguasa Taliban juga melarang pendidikan anak perempuan setelah kelas enam dan melarang perempuan Afghanistan bepergian atau terbang tanpa pendamping.
Situs web Komisi Pendidikan Tinggi menyatakan bahwa program beasiswa ini dirancang untuk membina hubungan yang lebih kuat dengan Afghanistan dengan memberikan pendidikan berkualitas tinggi kepada pelajar Afghanistan di berbagai bidang, termasuk kedokteran, teknik, pertanian, manajemen, dan ilmu komputer.
Ujian masuk bagi pelajar Afghanistan terjadi di tengah ketegangan bilateral yang meningkat akhir-akhir ini atas tuduhan bahwa kelompok bersenjata anti-Pakistan menggunakan wilayah Afghanistan untuk melancarkan serangan teroris lintas batas. Taliban membantah klaim mengizinkan atau melindungi militan asing yang mengancam negara-negara tetangga.
Sejak kembali berkuasa 3,5 tahun yang lalu, Taliban telah menerapkan pembatasan besar-besaran terhadap perempuan Afghanistan, melarang sebagian besar dari mereka mencari pekerjaan di sektor publik dan swasta dan mengharuskan mereka menutup wajah di depan umum.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengecap pembatasan tersebut sebagai “apartheid gender” dan terus-menerus menuntut agar pembatasan tersebut dibatalkan. Taliban membela pemerintahan mereka yang sejalan dengan hukum Islam, atau Syariah, dan budaya Afghanistan, serta menolak kritik dan seruan untuk membalikkan kebijakan mereka. [ft]