Inisiatif Pembela Kebebasan Amerika (AFDI) yang mensponsori "Pameran Seni dan Kontes Kartun Muhammad" di Texas tidak asing dengan sorotan media.
Bertahun-tahun sebelum serangan dalam acara di Texas, Minggu (3/5), oleh dua pria bersenjata, presiden dan salah satu pendiri AFDI Pamela Geller telah menarik perhatian media karena memberikan perlawanan yang konsisten, dan seringkali kontroversial, terhadap Islam.
Para pendukungnya mengatakan ia berkata jujur mengenai sebuah topik yang banyak orang terlalu takut membahasnya, namun para pengkritik menyebutnya seorang yang fanatik.
"Kami sudah prihatin dengan Pamela Geller selama beberapa tahun terakhir," ujar Oren Segal dari Liga Anti-Penistaan (ADL), sebuah kelompok yang bertekad menghentikan "penistaan orang-orang Yahudi dan mengamankan keadilan dan perlakuan adil terhadap semua orang," menurut lamannya.
"Terutama karena ia salah satu dari orang-orang Amerika anti-Muslim yang fanatik, yang secara konsisten menjelek-jelekkan Muslim dan agama Islam dengan kedok, tentu saja, melawan Islamis radikal," ujar Segal.
"Mereka berceramah bahwa Islam pada dasarnya jahat dan ia telah mengatakan bahwa ia lebih suka imigrasi dari negara-negara Muslim dibatasi."
Geller mengkritik balik tuduhan kefanatikan dalam komentarnya kepada VOA.
"Bukanlah sikap fanatik jika kita membela kebebasan berbicara dan kebebasan berekspresi melawan mereka yang akan menekannya dengan kekerasan," tulisnya dalam surat elektronik.
“ADL sepertinya lebih suka tunduk di hadapan ancaman kekerasan daripada membela kebebasan dan harga diri individu. Dan karena ADL memilih perbudakan, maka mereka akan mendapat perbudakan."
Segal mengatakan salah satu aspek paling berbahaya dari retorika Geller adalah bahwa ia mencampurkan ekstremis-ekstremis Islamis dengan semua Muslim.
Berbicara mengenai penembakan di Texas pada blognya, Geller menulis: “Ini bukan hanya Negara Islam (ISIS) -- ini termasuk moderat pada umumnya yang memuji kebiadaban yang membekukan pikiran."
Bukan hanya ADL yang mengecam Geller.
Pusat Hukum Kemiskinan Selatan, sebuah kelompok "yang berdedikasi melawan kebencian dan kefanatikan dan mencari keadilan bagi sebagian besar anggota masyarakat kita yang rentan," memasukkan Geller dalam "daftar ekstremis," menyebutnya "tokoh gerakan anti-Muslim yang paling terlihat dan flamboyan."
Dan pengaruh Geller menyebar luas, ujar Segal.
Ia menyebut Anders Behring Breivik, pria yang membunuh lebih dari 70 orang pada penembakan tahun 2011 di Norwegia, sebagai orang yang terpengaruh pandangan-pandangan Geller. Dalam manifestonya, Breivik memuji Geller, menulis bahwa "tidak ada perbedaan-perbedaan teologis yang penting antara jihadis dan yang disebut Muslim 'damai' atau 'moderat'."
Geller berbakat mendapatkan perhatian media.
Pada 2010, AFDI, yang juga menyebut diri mereka Stop Islamisasi Amerika, berkampanye melawan usulan pembangunan pusat komunitas Islam dekat lokasi World Trade Center di Manhattan, menyebutnya "Masjid Ground Zero." Pusat itu tidak pernah dibangun.
Geller dan kelompok-kelompok yang berasosiasi dengannya juga memicu debat dengan iklan provokatif di sistem-sistem transportasi publik, termasuk di New York dan Washington. Salah satunya bertuliskan "Dalam perang antara manusia beradab dan biadab, dukung yang beradab. Dukung Israel. Kalahkan Jihad." Iklan lain bertuliskan "Ini bukan Islamofobia.. Ini Islamorealisme."
Meski banyak yang mengkritik acara hari Minggu di Garland, Texas, sebagai "provokatif," Geller menulis pembelaan di blognya.
"Insiden ini menunjukkan betapa sangat dibutuhkannya acara kita," tulisnya. "Kebebasan berbicara sedang diserang di negara ini. Pertanyaannya sekarang, apakah kita akan berdiri dan membelanya, atau tunduk pada kekerasan, premanisme dan kebiadaban?"
Geller juga membela pandangannya dalam wawancara televisi hari Senin pagi dengan CNN.
"Kita semakin membatasi kebebasan-kebebasan kita agar tidak menyinggung mereka yang biadab," ujarnya.
"Konsep bahwa ada sesuatu yang membuat saya tersinggung, atau saya terhina oleh sesuatu, maka saya akan membunuh kamu, dan dengan begitu saya mendapat apa yang saya inginkan, dan ini dianggap baik-baik saja oleh media dan akademis elit, adalah sesuatu yang keterlaluan. Ini kartun. Ini kartun," ujarnya.
Segal, meski kritis terhadap acara di Texas, mengecam kekerasan.
"Meski kita anggap pandangannya menjijikkan dan acara itu membelah masyarakat seperti yang diniatkannya, jenis kekerasan yang kita lihat tidak dapat dibenarkan," ujarnya.