Kepala badan intelijen Suriah yang baru mengungkapkan pada Sabtu (28/12) rencana untuk membubarkan lembaga-lembaga yang sangat ditakuti di bawah pemerintahan diktator yang terguling, Bashar al-Assad.
"Lembaga keamanan akan direformasi setelah membubarkan semua badan dan merestrukturisasinya dengan cara yang menghormati rakyat kita," kata Anas Khattab, dua hari setelah dilantik sebagai kepala badan intelijen oleh pemimpin baru yang menggulingkan Assad pada awal Desember.
Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kantor berita resmi SANA, ia menekankan penderitaan rakyat Suriah "di bawah penindasan dan tirani rezim lama, melalui berbagai aparat keamanannya yang menyebarkan korupsi dan menyiksa rakyat."
Penjara-penjara dikosongkan setelah jatuhnya Assad, karena pejabat dan agen rezim yang digulingkan melarikan diri.
Sebagian besar fasilitas tersebut kini dijaga oleh pasukan Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok Islamis yang memimpin koalisi bersenjata yang merebut kekuasaan di Damaskus.
Banyak warga Suriah yang datang ke bekas pusat penahanan dengan harapan dapat menemukan jejak kerabat dan teman yang hilang selama 13 tahun perang saudara, yang menghancurkan dan merenggut lebih dari setengah juta nyawa.
"Badan keamanan rezim lama sangat banyak dan bervariasi, dengan nama dan afiliasi yang berbeda, tetapi semuanya memiliki kesamaan, yakni telah menindas rakyat selama lebih dari lima dekade," tambah Khattab.
Berdasarkan laporan Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), lebih dari 100.000 orang tewas di penjara dan pusat penahanan Suriah selama konflik tersebut.
Pada Kamis (26/12), seorang jenderal yang memimpin peradilan militer di bawah rezim sebelumnya ditangkap di wilayah barat negara tersebut. Ia dituduh bertanggung jawab atas eksekusi ribuan orang yang ditahan di penjara Saydnaya yang terkenal dengan kekejamannya.
Di Eropa, beberapa mantan perwira intelijen senior Suriah yang dituduh melakukan penyiksaan dan pelanggaran lainnya dijatuhi hukuman serta dijebloskan ke penjara sejak 2022. [ah/ft]
Forum