Langkah terbaru FIFA ini diungkapkan Ketua Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) Erick Thohir, pada konferensi pers, Jumat (31/3). Erick mengatakan bahwa sanksi-sanksi terberat yang mungkin diberikan FIFA termasuk melarang Indonesia berkompetisi di level tertinggi olahraga internasional.
"Saya berupaya keras untuk bernegosiasi lagi dengan FIFA agar sanksi-sanksi bisa dihindari," ujarnya.
Menurut sejumlah pejabat PSSI, FIFA menghapus hak tuan rumah Indonesia, karena tidak menghormati komitmennya terhadap turnamen tersebut, menyusul kemarahan beberapa politisi terkait partisipasi Israel.
FIFA mengambil tindakan itu setelah PSSI mengatakan telah membatalkan pengundian untuk turnamen itu karena Gubernur Bali menolak menjadi tuan rumah tim Israel.
Presiden Joko Widodo, yang mengatakan tidak ingin negaranya "dikucilkan" dari dunia sepak bola global, telah memerintahkan PSSI untuk mengambil dua tindakan.
Pertama, menurutnya, membuat “peta biru” tranformasi dunia persepakbolaan tanah air. “Bapak Presiden menekankan ini harus segera selesai dan harus segera disampaikan kepada FIFA,” ungkap Erick.
Kedua, segera melakukan pembicaraan dengan FIFA untuk menghindari kemungkinan dijatuhkannya sanksi berat. “Sanksi terberat tentu ini yang tidak kita harapkan. Kalau kita tidak bisa ikut kompetisi secara maksimal di seluruh dunia sebagai timnas ataupun sebagai klub, ini akan menjadi sebuah kemunduran buat sepak bola Indonesia,” tambahnya.
Erick menjelaskan, salah satu sebab FIFA membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 adalah karena adanya intervensi pemerintah. Namun, Erick tidak menyebut secara spesifik bentuk intervensi tersebut.
Alasan lainnya, jelas Erick, adalah faktor keamanan. Apalagi, tragedi Kanjuruhan yang menjadi sorotan internasional karena menewaskan 135 orang belum tuntas di pengadilan.
Erick sendiri membantah bahwa pembatalan tersebut dikarenakan fasilitas turnamen yang belum siap. Erick secara tegas mengatakan bahwa enam stadion yang akan digunakan telah lolos verifikasi dari pihak FIFA.
Pengamat Sepak Bola M Kusnaeni yang akrab dipanggil Bung Kus, mengatakan penolakan kehadiran tim nasional Israel oleh sejumlah pihak untuk berlaga di Piala Dunia U-20 2023 di tanah air sebagai akibat dari lambatnya edukasi kepada masyarakat yang dilakukan oleh pihak PSSI. MenurutnyamPSSI seharusnya sejak awal melakukannya mengingat tingginya resistensi terhadap Israel di Indonesia.
“Makanya sejak awal saya sering mengatakan kapan kita melakukan sosialisasi, edukasi, diseminasi informasi terkait dengan kemungkinan datangnya Israel , termasuk ketika Israel akhirnya lolos sebagai runner-up di kualifikasi di zona Eropa," ungkap Bung Kus kepada VOA.
Kita terlambat dalam hal ini federasi yaitu PSSI melakukan desiminasi informasi, edukasi, literasi, sehingga publik seolah-olah tidak memahami bahwa akan ada Israel datang di Piala Dunia, dan ketika menjelang drawing ketika disebut salah satu kandidatnya, dan salah satu peserta drawing adalah Israel, seperti baru terhentak,” imbuhnya.
Menurutnya, hal tersebut sangat konyol dan disayangkan. Padahal informasi lolosnya tim nasional Israel tersebut sudah sejak lama telah ditetahui.
Setelah peristiwa ini, tidak hanya dunia sepak bola tapi juga seluruh cabang olahraga di tanah air katanya harus berpikir ulang, mau di bawa kemana dunia olahraga Indonesia tersebut.
Bung Kus mengatakan kalau memang Indonesia bercita-cita ingin menjadi pemain global disertai impian untuk menjadi tuan rumah sebuah ajang olahraga internasional maka sikap seperti ini tidak boleh terjadi lagi, karena bukan tidak mungkin wajah dan image Indonesia di dunia olahraga internasional akan semakin tercoreng.
“Kita ini pengen apa? Kita selama ini mendengar bahwa Indonesia ingin menjadi pemain global, kita ingin menyelenggarakan Piala Dunia, Moto GP, Kejuaraan Dunia basket dan lain. Artinya kita pengen jadi pemain global, kalau kita ingin menjadi pemain global maka kita harus punya sikap sebagai negara yang terbuka kepada seluruh member cabang olahraga apapun bukan hanya sepak bola," jelasnya.
"Karena di cabang olahraga apapun kita berpartisipasi kita akan ketemu dengan Israel. Di Basket kita ketemu Israel, di bulu tangkis ketemu Israel, kan pemain bulu tangkis Israel pernah main di Jakarta,” lanjut Bung Kus.
Lebih lanjut dikemukakannya, “Kita di titik ini sekarang, pengalaman di Piala Dunia U-20 kita seolah-olah dibangunkan, kita ini sudah lari jauh ke mana-mana tapi sikap kita sebetulnya belum clear. Kita sudah jauh, ingin jadi tuan rumah ini, itu, ternyata kita belum clear soal yang sederhana itu, kita tidak bisa menerima Israel."
"Kalau kita belum bisa menerima Israel dengan pertimbangan ideologis, kalau begitu kita jangan bermimpi untuk menjadi pemain global. Kita cukup fokus membenahi kompetisi di dalam negeri, pembinaan di dalam negeri, kemudian mencoba menaikkan posisi kita sebagai pemain regional, menggelar event di kelas ASEAN, ASIA jadi tidak ketemu Israel, aman,” pungkasnya. [gi/ab]
Forum