PBB memperingatkan, Yaman, tempat di mana krisis kemanusiaan terburuk di dunia sedang berlangsung, akan semakin menderita jika pelabuhan Hodeidah yang penting diserang dan berhenti operasinya.
Perang saudara selama lebih dari tiga tahun telah menghancurkan ekonomi negara, memaksa lebih dari dua juta orang meninggalkan tempat tinggal mereka dan menyebabkan 22 juta orang atau 75 persen penduduk bergantung pada bantuan internasional untuk kelangsungan hidup mereka.
Sekitar 80 persen makanan dan obat-obatan Yaman diimpor melalui Pelabuhan Hodeidah. Juru bicara PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan atau OCHA, Jens Laerke mengatakan, bahan bakar dan bantuan kemanusiaan penting lainnya tiba melalui pelabuhan itu.
"OCHA memperingatkan, permusuhan yang berkelanjutan di kota Hodeidah, gangguan terhadap operasi pelabuhan yang sangat penting untuk impor makanan dan bahan bakar atau pengepungan kota, akan menjadi bencana besar. Tidak ada rencana darurat yang secara efektif bisa melindungi warga sipil dari konsekuensi kemanusiaan jika konflik meningkat lebih lanjut. Daya tanggap organisasi internasional di lapangan akan secara cepat melampaui kapasitasnya," kata Jens.
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO memperingatkan, yang akan membuat masalah semakin rumit, Yaman kemungkinan berada di ambang sebuah epidemi besar kolera. Kepala tanggap darurat WHO, Peter Salama mengatakan bahwa obat-obatan penting yang diperlukan untuk melawan penyakit mematikan itu diimpor melalui Pelabuhan Hodeidah.
“Jadi, baik dari perspektif kemanusiaan maupun dari perspektif komersial, pelabuhan Al Hodeidah sangat penting bagi kelangsungan hidup penduduk sipil di Yaman. Jadi, setiap serangan terhadap pelabuhan itu adalah sesuatu yang akan membawa bencana," kata Peter.
PBB melaporkan, lebih dari 28.000 warga Yaman tewas atau luka-luka sejak Maret 2015. Sejak Arab Saudi mulai membom pemberontak Houthi untuk mendukung pemerintah Yaman. PBB mencatat mayoritas dari 9.500 warga sipil tewas akibat serangan udara. [ps/jm]