Pengumuman bahwa Senator J.D. Vance menjadi calon wakil presiden Donald Trump dalam Konvensi Nasional Partai Republik di Milwaukee akhirnya menjawab pertanyaan soal siapa yang bakal mendampingi mantan presiden itu dalam pilpres AS 5 November nanti.
Lewat akunnya di Truth Social, Trump mengatakan Vance adalah sosok yang tepat sebagai wapres. Senator asal Ohio itu mewakili identitas Rust Belt, sebuah kawasan yang dulunya merupakan pusat industri dan kini terpuruk, sehingga banyak warganya yang merasakan adanya kesamaan dengan slogan kampanye Trump yaitu Make America Great Again atau sering disingkat MAGA.
“Dari sekian banyak pilihan yang dimiliki oleh mantan presiden Trump, Senator Vance adalah orang yang mungkin paling dekat dengan gaya dan filosofi MAGA Presiden Trump,” kata Joel Goldstein, sejarawan yang selama ini mengkaji kinerja presiden Amerika.
Biasanya kandidat presiden memilih sosok cawapres yang dapat menjangkau calon pemilih di luar basis massanya. Tapi menurut Goldstein, kali ini tidak demikian.
“Saya pikir yang diharapkan oleh Presiden Trump adalah sosok yang akan membantu memberi semangat pada sebagian pemilih untuk memilih, mereka-mereka yang semula mungkin tidak akan memilih. Bahwa Vance akan menjadi sosok yang menarik bagi orang-orang yang memiliki latar belakang yang sama,” imbuhnya.
J.D. Vance pertama kali dikenal luas lewat otobiografinya Hillbilly Elegy yang mengisahkan masa kecilnya di tengah kemiskinan dan keterpurukan ekonomi di Middletown, Ohio. Orang tua Vance bercerai, lalu ia dibesarkan kakek dan neneknya karena ibunya kecanduan narkoba.
Vance lalu berkarir di Korps Marinir, lulus dari The Ohio State University dan Yale Law School, berkarir dalam modal ventura, sebelum akhirnya terjun ke politik. Vance sebelumnya vokal menyuarakan anti-Trump. Ia bahkan pernah menyebut mantan presiden itu sebagai tokoh "tercela" dan bahkan "Hitlernya Amerika;” tetapi kini ia berbalik menjadi pendukung kuat Trump.
Tak lama setelah peristiwa penembakan Trump di Pennyslvania, JD Vance menyalahkan retorika Presiden Joe Biden.
Penembakan itu ikut membayangi Konvensi Nasional Partai Republik di Fiserv Forum, Milwaukee. Insiden ini, meski mengejutkan anggota delegasi, justru menguatkan dukungan dari sekitar 2.400 delegasi yang pada hari pertama telah langsung memberikan suara mereka kepada Donald Trump untuk maju dalam pilpres melawan petahana Presiden Joe Biden.
Menanggapi terpilihnya Vance, Biden menyebut cawapres Partai Republik itu sebagai seorang tiruan Trump. Sementara para demonstran yang berunjuk rasa tak jauh dari lokasi konvensi tetap menyoroti sosok sang capres.
“Saya pikir penting untuk mengingatkan orang-orang bahwa kita memiliki dua kandidat dan salah satu kandidat memiliki 34 tuduhan kejahatan yang menimpanya,” kata John Miller, warga Milwaukee yang turut berdemo.
Namun, pemilihan Vance untuk mendampingi Trump memantik semangat massa Partai Republik di dalam arena konvensi.
“Pertanyaannya bukan tentang masa lalu. Pertanyaannya adalah tentang masa depan dan bagaimana kita melangkah maju sebagai sebuah negara dan isu-isu yang berdampak pada rakyat Amerika,” jelas Michael Lawler, anggota DPR AS dari Partai Republik mewakili negara bagian New York.
J.D. Vance yang berusia 39 tahun adalah sosok termuda di antara para tokoh yang selama ini diproyeksikan sebagai cawapres pendamping Trump. [rw/rt/np/em]
Forum