Tautan-tautan Akses

Biden Akui “Keliru” Sebut Ingin “Membidik” Trump 


Presiden AS Joe Biden berbicara dengan awak media di Pangkalan Udara Andrews di Maryland, pada 15 Juli 2024, saat hendak berangkat menuju Las Vegas. (Foto: AP/Susan Walsh)
Presiden AS Joe Biden berbicara dengan awak media di Pangkalan Udara Andrews di Maryland, pada 15 Juli 2024, saat hendak berangkat menuju Las Vegas. (Foto: AP/Susan Walsh)

Presiden AS Joe Biden mengatakan dalam wawancaranya dengan NBC News yang disiarkan pada hari Senin (15/7) bahwa sebuah “kekeliruan” baginya untuk mengatakan bahwa ia ingin menempatkan “bull’s eye,” alias “titik bidik,” pada Donald Trump, yang kini menjadi calon presiden AS dari Partai Republik. Meski demikian, ia menuturkan bahwa retorika Trump lebih sarat hasutan dan ia pun memperingatkan bahwa Trump masih menjadi ancaman terhadap institusi-institusi demokratis.

Pernyataan Biden mengenai “titik bidik” disampaikannya dalam sambungan telepon pribadinya dengan para pendonor kampanye pekan lalu, ketika kandidat capres Partai Demokrat itu berupaya keras untuk menyelamatkan pencapresannya di hadapan konstituen utama partainya. Dalam percakapan telepon itu, Biden menyatakan bahwa ia sudah “muak” membahas penampilan debatnya yang buruk dan sudah “saatnya untuk menempatkan titik bidik pada Trump,” dengan alasan Trump mendapat fokus yang terlalu sedikit terkait sikap dan retorikanya, serta minimnya kampanye yang ia lakukan.

Sambil menekankan bahwa “fokus pada agenda Trump terlalu sedikit,” Biden mengatakan kepada pembawa acara NBC Lester Holt bahwa meski ia mengakui “kekeliruan”nya, ia tidak mengatakan “saya ingin menjadi diktator pada hari pertama (menjabat)”. Biden ingin fokus kampanyenya tertuju pada pernyataan Trump. Trump-lah, bukan Biden, yang melakukan retorika-retorika semacam itu, ungkap Biden, yang merujuk pada pernyataan Trump terdahulu soal “pertumpahan darah” apabila capres Partai Republik itu kalah dari Biden November nanti.

Wawancara itu dilakukan pada hari yang sama dengan upaya tim kampanye Biden untuk mempersiapkan kegiatan kampanye berskala penuh usai percobaan pembunuhan terhadap Trump, terutama setelah Trump mengumumkan bahwa Senator Ohio, JD Vance, akan menjadi cawapresnya. Pemilihan Vance memicu kritik dari tim kampanye Biden dan politisi Partai Demokrat lainnya yang menyoroti sikap sang senator muda dalam berbagai kebijakan. [rd/ka]

Forum

XS
SM
MD
LG