Tautan-tautan Akses

Sekutu AS Kelimpungan akibat Penarikan Pasukan AS Mendadak dari Suriah


Pasukan AS membahas rencana patroli militer bersama di kota Manbij, Suriah 7 November 2018 (foto: dok).
Pasukan AS membahas rencana patroli militer bersama di kota Manbij, Suriah 7 November 2018 (foto: dok).

Para pejabat Inggris dan Perancis kewalahan untuk menentukan bagaimana cara mempertahankan tekanan militer terhadap kelompok teror Negara Islam (ISIS), setelah Amerika Serikat menarik pasukan daratnya dari timur laut Suriah.

Kedua negara mengatakan berencana untuk melanjutkan serangan udara dan operasi darat di Suriah, tetapi waktu dan ruang lingkup penarikan AS masih belum jelas dan mempersulit perencanaan perang di London dan Paris, kata para pejabat yang masih bingung dengan keputusan Presiden Donald Trump untuk menarik pasukan AS.

Pemerintah Inggris dan Perancis juga berusaha mendapat pemahaman yang lebih jelas, kata para pejabat, tentang niat militer Turki di timur laut Suriah, dan ketika atau apakah Turki, seperti ancamannya, melancarkan serangan ke timur Sungai Efrat untuk menyerang Unit Perlindungan Rakyat Kurdi, atau YPG yang didukung Barat. YPG adalah formasi utama dalam Pasukan Demokrat Suriah, atau SDF, satu-satunya mitra darat Barat dalam perang melawan ISIS.

Turki telah menahan diri untuk memasuki wilayah timur laut yang dikuasai Kurdi Suriah dengan kehadiran pasukan AS. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan dia akan menunda ofensif mungkin selama beberapa bulan, meskipun Kurdi mengatakan konsesi itu tidak boleh dipercayai begitu saja.

Presiden Erdogan telah mengancam akan menghancurkan pasukan Kurdi sekutu Barat di Suriah utara, dengan alasan mereka tidak dapat dibedakan dari separatis Kurdi di Turki, yang telah melancarkan pemberontakan selama tiga dekade. Para pemimpin Kurdi berharap Washington akan terus menekan Turki untuk menunda serangan. [as]

XS
SM
MD
LG