Sekjen PBB Ban Ki Moon mendesak Dewan Keamanan agar mengambil tindakan sungguh-sungguh terhadap Suriah, dimana katanya korban dari kebangkitan oposisi selama 10 bulan ini telah mencapai tingkat yang tidak dapat diterima.
Para diplomat Barat mengatakan rancangan resolusi Rusia yang telah diubah mengenai kekerasan di Suriah yang diajukan kepada Dewan Keamanan hari Senin, membingungkan dan tidak menjelaskan apakah Moskow akan menerima kata-kata yang keras yang dituntut oleh Barat. Para pakar dari ke-15 anggota Dewan Keamanan akan mengadakan pertemuan hari Selasa guna membicarakan rancangan baru itu, yang ke-3 dibuat Rusia dalam satu bulan ini.
Hari Senin, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia M.L.Bogdanov bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika William Burns di Moskow. Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan Bogdanov menekankan agar negara-negara lain menghormati kedaulatan Suriah dan membantu rakyatnya menyelesaikan dengan damai krisis mereka sendiri.
Dalam lawatan ke Abu Dhabi, Senin (16/1), Ban juga meminta DK untuk bertindak dengan cara yang “teratur” dalam menyelesaikan krisis Suriah. Negara-negara Barat telah lama mendesak DK untuk mengutuk aksi kekerasan pemerintah Suriah atas pergolakan itu, tetapi Rusia dan Tiongkok memveto langkah itu.
Rusia adalah sekutu militer Presiden Suriah Bashar al-Assad dan berkeras bahwa langkah apapun oleh DK harus menarget tidak hanya pemerintahan Assad tetapi juga gerakan oposisi yang menuntut diakhirinya kekuasaan otoriter Assad selama 11 tahun.
Sekjen Ban juga memuji Liga Arab karena melakukan dialog dengan Presiden Assad dan mengirim pemantau ke Suriah bulan lalu guna mengawasi janji presiden itu untuk mengakhiri aksi kekerasan terhadap demonstran dan membebaskan aktivis yang ditahan. Ban berharap Liga Arab akan terus melanjutkan upaya itu.
Para aktivis oposisi Suriah mengecam misi pemantau, mengatakan pemerintah Suriah mengelabui mereka dan menggunakan para pemantau sebagai selubung untuk meningkatkan operasi atas oposisi.
