Kelompok Sea Shepherd hari Senin mengatakan pihaknya telah menemukan kelima kapal Jepang di Samudera Selatan dan memiliki bukti-bukti foto yang menunjukkan tiga paus jenis minke mati dan dipotong-potong di atas kapal pabrik Nisshin Maru. Kelompok itu mengatakan memiliki informasi bahwa empat paus lainnya juga mati.
Kelompok itu menuduh paus-paus tersebut ditangkap di sebuah wilayah perlindungan paus yang diakui secara internasional.
"Jepang selama ini mengatakan bahwa itu merupakan sebuah penelitian ilmiah. Silahkan lihat dalam cuplikan-cuplikan gambar dari pembantaian selama 24 jam terakhir. Tidak ada yang ilmiah dalam hal ini. Ini adalah pemotongan paus dan mereka akan membawa daging-daging paus itu kembali ke Jepang di mana sudah tertimbun 5 atau 6 ribu ton yang tidak terjual di gudang karena bahkan murid-murid sekolah Jepang tidak mau memakan daging paus tersebut. Sungguh luar biasa, dari sisi manapun kita memandangnya, hal ini harus diakhiri dan yang kurang di sini adalah keberanian, dengan sedikit dukungan, dari Australia dan Selandia Baru perburuan paus ini dapat diakhiri," kata juru bicara kelompok 'Sea Shepherd'.
Kelompok yang berbasis di Amerika itu secara rutin mengirim kapal-kapal kecil untuk menghadang armada kapal Jepang dalam masa berburu paus tahunan. Ini merupakan pertama kalinya para pencinta lingkungan dan armada penangkapan paus saling berhadapan pada musim ini.
Penangkapan paus komersial dilarang berdasarkan perjanjian internasional tetapi Jepang terus melakukan perburuan dengan menggunakan alasan penelitian ilmiah agar dapat menangkap paus, praktek ini dikecam oleh aktivis lingkungan dan negara-negara yang menentang penangkapan paus.
Australia telah mengecam kegiatan penangkapan paus oleh Jepang. Kedua negara sedang menanti keputusan tuntutan Australia atas legalitas Jepang dalam berburu paus. Keputusan dari Mahkamah Internasional itu diperkirakan akan diumumkan pada akhir tahun ini.
Kelompok itu menuduh paus-paus tersebut ditangkap di sebuah wilayah perlindungan paus yang diakui secara internasional.
"Jepang selama ini mengatakan bahwa itu merupakan sebuah penelitian ilmiah. Silahkan lihat dalam cuplikan-cuplikan gambar dari pembantaian selama 24 jam terakhir. Tidak ada yang ilmiah dalam hal ini. Ini adalah pemotongan paus dan mereka akan membawa daging-daging paus itu kembali ke Jepang di mana sudah tertimbun 5 atau 6 ribu ton yang tidak terjual di gudang karena bahkan murid-murid sekolah Jepang tidak mau memakan daging paus tersebut. Sungguh luar biasa, dari sisi manapun kita memandangnya, hal ini harus diakhiri dan yang kurang di sini adalah keberanian, dengan sedikit dukungan, dari Australia dan Selandia Baru perburuan paus ini dapat diakhiri," kata juru bicara kelompok 'Sea Shepherd'.
Kelompok yang berbasis di Amerika itu secara rutin mengirim kapal-kapal kecil untuk menghadang armada kapal Jepang dalam masa berburu paus tahunan. Ini merupakan pertama kalinya para pencinta lingkungan dan armada penangkapan paus saling berhadapan pada musim ini.
Penangkapan paus komersial dilarang berdasarkan perjanjian internasional tetapi Jepang terus melakukan perburuan dengan menggunakan alasan penelitian ilmiah agar dapat menangkap paus, praktek ini dikecam oleh aktivis lingkungan dan negara-negara yang menentang penangkapan paus.
Australia telah mengecam kegiatan penangkapan paus oleh Jepang. Kedua negara sedang menanti keputusan tuntutan Australia atas legalitas Jepang dalam berburu paus. Keputusan dari Mahkamah Internasional itu diperkirakan akan diumumkan pada akhir tahun ini.