Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan pada Kamis (6/2) bahwa ia akan membentuk kantor urusan agama di Gedung Putih. Trump menunjuk Jaksa Agung Pam Bondi untuk memimpin satuan tugas untuk memberantas apa yang disebutnya bias anti-Kristen dalam pemerintahan federal.
Trump menyampaikan pidatonya pada acara National Prayer Breakfast di gedung Capitol. Dalam pidatonya, Trump menyerukan persatuan dan mengatakan kepada anggota parlemen bahwa hubungannya dengan agama telah berubah sejak dua upaya pembunuhan yang gagal tahun lalu.
Pada acara sarapan pagi kedua di Washington, Trump melontarkan nada yang lebih partisan. Dia merayakan kemenangan "karena menyingkirkan woke (paham akan isu-isu sosial dan politik-red) selama dua minggu terakhir" dan mengumumkan langkah-langkah untuk melindungi umat Kristen dari apa yang disebutnya sebagai diskriminasi agama.
“Misi dari gugus tugas ini adalah untuk segera menghentikan segala bentuk penargetan dan diskriminasi anti-Kristen di dalam pemerintahan federal, termasuk di DOJ (Departemen Kehakiman), yang sangat buruk, IRS (Dinas Perpajakan), FBI dan lembaga-lembaga lainnya,” kata Trump.
Dia bersumpah bahwa Jaksa Agung akan berupaya untuk “mengadili sepenuhnya kekerasan dan vandalisme anti-Kristen di masyarakat kita dan untuk membela hak-hak umat Kristen dan penganut agama secara nasional.”
Presiden tidak menyebutkan contoh spesifik bias anti-Kristen dalam pidatonya, tetapi sebelumnya dia mengeklaim bahwa pemerintahan Biden menggunakan pemerintah federal untuk menargetkan umat Kristen secara khusus.
Trump menandatangani instruksi presiden (inpres) pada Kamis untuk membentuk gugus tugas itu beserta tanggung jawabnya, yang mencakup merekomendasikan langkah-langkah untuk menghentikan “kebijakan, praktik, atau perilaku yang melanggar.”
Pemerintahan Biden mengumumkan strategi pada Desember untuk melawan kefanatikan anti-Muslim dan anti-Arab, dan rencana serupa untuk melawan antisemitisme pada September 2023.
Tindakan yang diumumkan pada Kamis itu dapat menimbulkan pertanyaan konstitusional mengenai pemisahan gereja dan negara, karena Amandemen Pertama Konstitusi Amerika Serikat membatasi dukungan pemerintah terhadap agama.
Dalam tiga siklus pemilu terakhir, para pemilih Kristen evangelis kulit putih, yang merupakan bagian penting dari basis Partai Republik, telah mendukung Trump. Dia menganut pandangan dunia Kristen konservatif dan kebijakan-kebijakan yang mencerminkan kegelisahan blok tersebut mengenai perubahan norma gender dan pola keluarga.
Pada Kamis, Trump juga mengumumkan bahwa dia akan membentuk Kantor Urusan Keyakinan Gedung Putih, yang dipimpin oleh Pendeta Paula White, yang telah menjabat sebagai penasihat agamanya selama bertahun-tahun.
Trump mendirikan kantor serupa di Gedung Putih pada masa jabatan pertamanya dan secara teratur berkonsultasi dengan sekelompok penasihat evangelis.
Trump juga mengatakan dia akan membentuk komisi baru tentang kebebasan beragama, dan dia mengkritik pemerintahan Biden atas “penganiayaan” terhadap orang-orang beriman karena mengadili para pendukung anti-aborsi.[ft/rs]