Jumlah jurnalis yang terbunuh saat menjalankan tugas menurun tahun ini, meskipun ada kematian jurnalis di Gaza dalam dua bulan terakhir, kata kelompok advokasi media Reporters Without Borders (RSF), Kamis (14/12).
Dalam 11 bulan pertama tahun 2023, 45 jurnalis terbunuh saat menjalankan tugasnya, turun dari 61 jurnalis pada tahun lalu, menurut laporan tahunan RSF.
Jumlah tersebut merupakan angka terkecil sejak 33 kematian pada tahun 2002, sebagian besar disebabkan oleh penurunan angka kematian yang signifikan di Amerika Latin.
Meskipun sekitar 63 jurnalis terbunuh di Timur Tengah sejak dimulainya pertempuran antara Israel dan kelompok Islamis Hamas pada tanggal 7 Oktober, hanya 17 dari kematian tersebut yang termasuk dalam definisi RSF.
“Hal ini tidak mengurangi kengerian tragedi di Gaza, tapi kami melihat adanya penurunan secara berkala, dan sangat jauh dari jumlah 140 jurnalis yang terbunuh pada tahun 2012 dan 2013” karena perang di Suriah dan Irak,” kata Sekretaris Jenderal RSF Christophe Deloire kepada AFP.
Penurunan ini disebabkan oleh upaya organisasi antarpemerintah dan LSM untuk memerangi impunitas, serta “kehati-hatian” yang lebih besar dari para wartawan itu sendiri, katanya.
Dari 17 jurnalis RSF yang tewas dalam menjalankan profesinya di Timur Tengah sejak 7 Oktober, 13 orang tewas akibat tembakan Israel di Gaza, tiga orang tewas di Lebanon, dan satu orang tewas di Israel oleh Hamas.
RSF pada bulan November mengatakan pihaknya mengajukan pengaduan kejahatan perang ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas kematian tersebut.
AFP pekan lalu mengatakan penyelidikannya menunjukkan bahwa tembakan tank Israel bertanggung jawab atas pembunuhan juru kamera Reuters Issam Abdallah pada 13 Oktober dan melukai enam lainnya, termasuk fotografer AFP Christina Assi.
Seorang juru bicara tentara Israel mengatakan para jurnalis berada di “zona pertempuran aktif” di Lebanon Selatan, sebuah jawaban yang menurut Deloire “tidak memuaskan.”
Perang di Ukraina memakan korban jiwa dua reporter pada tahun 2023, termasuk reporter AFP Arman Soldin, “satu-satunya reporter yang kehilangan nyawa di luar negaranya sendiri”, kata RSF.
Sebanyak 11 wartawan telah terbunuh sejak dimulainya konflik pada Februari 2022.
Terjadi penurunan tajam di Amerika Latin, di mana enam wartawan terbunuh, turun dari 26 orang pada tahun 2022. Di Meksiko saja, jumlahnya turun menjadi empat dari 11 orang pada tahun sebelumnya.
RSF memperingatkan bahwa Meksiko tetap berbahaya bagi jurnalis, dengan alasan masih adanya penculikan dan penyerangan.
Dari 84 jurnalis yang dinyatakan hilang di seluruh dunia, sekitar sepertiganya adalah orang Meksiko.
Jumlah reporter yang dipenjara menurun menjadi 521 dari 569 pada tahun 2022, dengan Belarus bergabung dengan China dan Myanmar sebagai “salah satu dari tiga negara yang paling banyak memenjarakan jurnalis di dunia”.
Turki dan Iran juga berulang kali memenjarakan jurnalis, kata laporan itu.
Sebanyak 54 jurnalis disandera, dibandingkan dengan 65 jurnalis pada tahun 2022. [ab/uh]
Forum