Ribuan perempuan berdemonstrasi di jalan-jalan kota di Turki, Sabtu (8/3) untuk memperingati Hari Perempuan Internasional, memprotes ketidaksetaraan dan kekerasan terhadap perempuan.
Di sisi Asia Istanbul, unjuk rasa di Kadikoy dimeriahkan oleh anggota puluhan kelompok perempuan yang mendengarkan pidato, menari, dan bernyanyi di bawah sinar matahari musim semi. Protes penuh warna itu diawasi oleh kehadiran polisi dalam jumlah besar, termasuk petugas dengan perlengkapan anti huru hara dan truk meriam air.
Pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan mendeklarasikan 2025 sebagai Tahun Keluarga. Para pengunjuk rasa menolak gagasan bahwa peran perempuan hanya terbatas pada pernikahan dan peran sebagai ibu, dengan membawa spanduk bertuliskan "Keluarga tidak akan mengikat kita pada kehidupan" dan "Kita tidak akan dikorbankan demi keluarga."
Para kritikus menuduh pemerintah mengawasi pembatasan hak-hak perempuan dan tidak melakukan cukup upaya untuk mengatasi kekerasan terhadap perempuan.
Erdogan pada 2021 menarik Turki dari perjanjian Eropa, yang disebut Konvensi Istanbul, yang melindungi perempuan dari kekerasan dalam rumah tangga. Platform We Will Stop Femicides milik Turki mengatakan 394 perempuan dibunuh oleh laki-laki pada 2024.
“Ada perundungan di tempat kerja, tekanan dari suami dan ayah di rumah, serta tekanan dari masyarakat patriarki. Kami menuntut agar tekanan ini dikurangi lebih jauh lagi,” kata Yaz Gulgun, 52 tahun.
Peristiwa Hari Perempuan adalah demonstrasi publik pertama yang direncanakan sejak Partai Pekerja Kurdistan, atau PKK, mengumumkan gencatan senjata minggu lalu. Gencatan senjata itu diharapkan akan mengakhiri konflik selama 40 tahun dengan negara Turki.
Banyak perempuan diperkirakan akan berkumpul di malam hari di sisi Eropa Istanbul untuk Pawai Malam Feminis meskipun ada larangan. Dalam beberapa tahun terakhir, pihak berwenang telah memblokir upaya perempuan untuk berdemonstrasi di Lapangan Taksim, titik kumpul tradisional untuk unjuk rasa di Istanbul.
Stasiun metro di dekatnya ditutup sejak sore hari, dan jalan-jalan, termasuk salah satu jalan perbelanjaan utama kota, ditutup dengan penghalang.
Kantor gubernur distrik Beyoglu mengatakan larangan tersebut diberlakukan untuk mencegah "tindakan yang dapat mengganggu ketertiban umum dan kedamaian sosial." [ft/ah]