Ribuan lagi demonstran berkumpul di kota-kota besar Pakistan hari Minggu (26/11), setelah usaha membubarkan sebuah demonstrasi kelompok Islamis berakhir dengan kekerasan yang mengakibatkan kematian, karena militer ragu-ragu bertindak walaupun ada permintaan dari pemerintah.
Diperkirakan sekitar 5.000 orang pengunjuk rasa menduduki jalan-jalan raya antara Islamabad dan Rawalpindi.
Kantor berita AFP melaporkan jumlah itu tadinya dua kali lebih besar ketika polisi dan kelompok paramiliter mulai melancarkan operasi yang gagal untuk membubarkan mereka sehari sebelumnya.
Laporan-laporan mengatakan demonstrasi juga telah meluas ke kota-kota besar dan kecil lainnya di Pakistan.
Situasi bertambah panas ketika pihak penguasa berusaha mengusir kira-kira 2.000 orang yang memblokir sebuah jalan raya utama di Islamabad sejak tanggal 6 November, dan melumpuhkan kota itu selama berminggu-minggu.
Polisi dan kelompok paramiliter itu mendapat perlawanan keras dari demonstran yang membakari mobil-mobil dan melempari mereka dengan batu. Sedikitnya tujuh orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka sebelum polisi mundur pada hari Sabtu.
Sebuah perintah kementerian dalam negeri mengatakan, pemerintah federal telah memberi izin penggunaan pasukan militer untuk mengamankan ibukota. Tapi satu hari setelah perintah itu dikeluarkan, tidak tampak adanya tindakan militer ataupun kendaraan militer di jalan-jalan.
Hari Minggu malam seorang pejabat kementerian dalam negeri mengatakan kepada AFP bahwa pasukan paramiliter telah diperintahkan untuyk membubarkan demonstran, tapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Hubungan sipil dan militer tegang sejak lama di Pakistan, karena militer telah menguasai negara itu hampir 35 tahun terakhir. Sebuah kelompok Islamis yang kurang dikenal, Tehrek-i-labaik ya Rasul Allah Pakistan (TLY) memicu aksi-aksi protes itu.
TLY menuntut pengunduran diri Menteri Kehakiman Zahir Hamid karena berusaha mengubah sumpah jabatan, yang harus dilakukan oleh semua calon yang akan ikut pemilihan umum.
Para demonstran menghubungkan isu sumpah jabatan itu dengan penghujatan agama, suatu hal yang sangat peka di Pakistan yang sebagian besar penduduknya beragama Islam. Masalah ini telah memicu banyak aksi kekerasan di masa lampau.
Pemimpin TLY Khadim Hussain Rizvi mengulangi tuntutan-tuntutan yang diajukan sebelumnya, yaitu supaya para pejabat tinggi negara, termasuk berkas perdana menteri Nawaz Shariff dan pejabat yang sekarang Shahid Khan Abbasi dikenai tuduhan melakukan tindakan teroris. Rizvi menyerukan diadakannya pemogokan umum diseluruh Pakistan hari Senin dan menyatakan, TLY akan “ikut sepenuhnya” dalam pemilihan umum yang akan diadakan tahun depan. [ii]