Ratusan ribu warga Afghanistan pulang dari Iran ke negera asal mereka setelah kehilangan pekerjaan karena wabah virus corona atau takut tertular virus itu. Mereka melintasi perbatasan dari negara yang tercatat sebagai salah satu pusat wabah terburuk di dunia ke sebuah negara miskin yang sama sekali tidak siap menghadapi virus itu.
Organisasi Migrasi Internasional (IOM) melaporkan, sepanjang tahun ini, sekitar 200.000 warga Afghanistan telah pulang dari Iran. Jumlah itu diperkirakan akan terus bertambah dalam beberapa hari mendatang. Karena ketidaksiapan prasarana dan ketiadaan dana, pihak berwenang Afghanistan tidak melakukan uji virus corona terlebih dahulu terhadap para pendatang itu, dan bahkan tidak memonitor perjalanan pulang mereka ke berbagai penjuru Afghanistan.
Hingga Senin (6/4), pihak berwenang Afghanistan telah mengukuhkan 273 kasus virus corona, dan lebih dari 210 kasus itu berasal dari mereka yang baru kembali dari Iran. Jumlah kematian terkait virus ini di Afghanistan tercatat empat orang.
Menteri Kesehatan Afghanistan, Ferozudin Feroz mengatakan, virus corona menyebar di negaranya karena para warganya yang pulang dari Iran itu. “Jika jumlah kasus meningkat, ini akan tak terkendali dan kami akan membutuhkan bantuan,” katanya.
Ia dan beberapa pejabat Afghanistan lain mengungkapkan kekhawatiran, seiring memburuknya wabah virus corona, Iran akan memaksa ke luar lebih dari 1 juta warga Afghanistan yang bekerja secara ilegal di negara itu. Iran sejauh ini memiliki lebih dari 58.000 kasus virus corona yang telah dikukuhkan dan lebih dari 3.600 kematian.
Pemerintah Afghanistan sendiri telah memberlakukan lockdown di Kabul dan Provinsi Herat. Namun upaya untuk meredam penyebaran wabah ini tidak berjalan mulus karena kekerasan yang berlanjut di sana, dan krisis pemerintahan yang tidak berkesudahan. Dua kandidat mengklaim telah memenangkan pemilu presiden baru-baru ini, dan bahkan telah menyatakan diri sebagai presiden negara itu. [ab/uh]