Raja Thailand Maha Vajiralongkorn menyampaikan komentar publik untuk pertama kalinya mengenai protes-protes yang telah berlangsung beberapa bulan. Ia menyatakan "cinta" kepada para demonstran, yang selama ini menyerukan agar kewenangan raja dibatasi.
"Kami mencintai mereka semua," kata Raja Vajiralongkorn kepada seorang wartawan dari saluran berita Channel4. Ketika ditanya apakah ia bersedia untuk melakukan kompromi, raja menjawab, "Thailand adalah negeri kompromi."
Sejumlah demo, kebanyakan dipimpin mahasiswa, pada umumnya menyerukan Perdana Menteri Prayuth Chan-o-Cha untuk mundur, tapi gerakan itu juga menyerukan perubahan dalam monarki. Tuntutan itu belum pernah terjadi di negara di mana menghina institusi bisa berujung hukuman penjara yang lama.
Komentar raja itu disampaikan ketika ia bertemu dengan demonstran tandingan, yang mengenakan pakaian serba kuning dan memperlihatkan dukungan mereka kepada monarki. Beberapa bentrokan terjadi dalam protes-protes yang bersaing dalam beberapa minggu belakangan.
Demonstrasi-demonstrasi dimulai pada Februari ketika parlemen mengumumkan akan membubarkan partai Masa Depan Maju yang pro-demokrasi dan sebagian besar anggotanya anak muda. Demonstrasi-demonstrasi itu berhenti ketika negara itu menjalani karantina wilayah akibar virus corona, tapi kemudian dilanjutkan lagi meski ada pembatasan pertemuan umum.
Dalam wawancara dengan VOA Thai, mantan Perdana Menteri Anand Panyarachun mengatakan dia menyetujui sebagian tuntutan gerakan itu tapi ia mengkhawatirkan seruan reformasi monarki. [vm/ft]