Protes-protes anti-pemerintah di Iran memasuki hari keenam, Selasa (2/1). Televisi pemerintah melaporkan sembilan orang lagi tewas semalam dalam protes yang berlanjut dengan keluhan mengenai korupsi dan kekeliruan pengelolaan ekonomi pemerintah. Pihak berwenang Iran menyatakan mendukung kebebasan berbicara, meskipun memblokir akses ke beberapa situs media sosial.
Televisi pemerintah Iran, Selasa (2/1) melaporkan sembilan orang lagi tewas dalam protes anti-pemerintah semalam. Angka tersebut membuat jumlah total korban tewas lebih dari 20 orang sejak demonstrasi menentang kondisi ekonomi di negara itu dimulai pekan lalu.
Menurut laporan, enam orang tewas di sebuah kantor polisi di kota Qahdarijan dalam bentrokan yang dimulai sewaktu perusuh berupaya mencuri senjata api. Di Najafabad, media pemerintah melaporkan seorang polisi tewas.
Presiden Hassan Rouhani, Senin (1/1) menyatakan tekad bahwa pasukan keamanan akan “menanggapi para perusuh dan pelanggar hukum.”
Pemerintah, ujarnya, tidak akan menunjukkan toleransi terhadap mereka yang merusak properti publik, melanggar ketertiban umum dan menimbulkan kerusuhan di dalam masyarakat.
Ratusan demonstran ditangkap sejak protes dimulai Kamis lalu di Mashhad sebelum kemudian menyebar ke berbagai wilayah Iran.
Ribuan pengunjuk rasa turut berdemonstrasi dalam apa yang menjadi tantangan publik terbesar bagi penguasa Republik Islam Iran sejak pemilihan presiden yang disengketakan pada tahun 2009.
Negar Mortazavi, pengamat Iran mengatakan, "Rakyat sangat marah atas situasi ekonomi dan politik, korupsi dan mismanajemen dan ini pada dasarnya ini mendukung munculnya radikalisasi. Dan inilah yang kita lihat dalam protes-protes tersebut. Seruan mereka sangat radikal, dan juga ada bentrokan dengan kekerasan dengan pasukan keamanan, dan tampaknya kekerasan ini akan berlanjut."
Laporan awal mengaitkan kerusuhan ini dengan kenaikan harga bahan bakar dan makanan, tetapi sebagian kalangan menyatakan penyebabnya lebih daripada itu.
Mortazavi menambahkan, "Intinya ini adalah rakyat awam Iran yang muak dengan situasi, yang gaji mereka tidak dapat mengejar inflasi dan harga-harga, dan janji-janji ekonomi yang belum dipenuhi, khususnya setelah perjanjian nuklir, di mana banyak rakyat menaruh harapan padanya."
Sementara itu, dalam pidato di hadapan pimpinan parlemen, presiden Rouhani menyerang negara-negara asing, termasuk Amerika Serikat, Israel dan Arab Saudi, karena dituduh memicu kerusuhan di Iran. Kemajuan dan keberhasilan Iran di dunia politik dan dalam menghadapi Amerika serta rezim Zionis tidak tertahankan bagi mereka, kata Rouhani, mengacu pada Arab Saudi yang menyatakan akan “membuat masalah di Teheran.”
Presiden Amerika Donald Trump menyatakan dukungan bagi demonstrasi itu dalam komentarnya di Twitter, Senin (1/1), dengan menyatakan “sekarang waktunya untuk perubahan” di Iran.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut para demonstran “berani” dan “heroik”, sambil mengharapkan mereka “berhasil dalam upaya luhur mencari kebebasan.”
Sementara itu Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson mengatakan pemerintah negaranya menyesalkan “jatuhnya korban jiwa dalam protes-protes” dan meminta semua pihak agar menahan diri dari kekerasan.
Iran memblokir akses ke aplikasi SMS Telegram dan aplikasi berbagi foto Instagram pada hari Minggu. Media pemerintah menyatakan langkah tersebut dimaksudkan untuk memelihara perdamaian. Rakyat Iran telah menggunakan aplikasi-aplikasi itu untuk berkomunikasi mengenai demonstrasi di jalan-jalan. [uh/ab]