Tautan-tautan Akses

Presiden Trump Hadapi Kritik karena Respon Awalnya terhadap Kekerasan di Charlottesvile


Bunga-bunga dan sebuah photo Heather Heyer, korban serangan dengan mobil, teronggok di lokasi tempat kenangan dadakan di Charlottesville, Virgina, 13 Agustus 2017 (foto: REUTERS/Justin Ide)
Bunga-bunga dan sebuah photo Heather Heyer, korban serangan dengan mobil, teronggok di lokasi tempat kenangan dadakan di Charlottesville, Virgina, 13 Agustus 2017 (foto: REUTERS/Justin Ide)

Presiden Amerika Donald Trump menghadapi kecaman karena tanggapan awalnya terhadap kekerasan dalam protes menentang demonstrasi kelompok nasionalis kulit putih di Charlottesville, Virginia. Dalam kekerasan tersebut, sebuah mobil menabrak kerumunan massa demonstran tandingan sehingga menewaskan satu orang dan mencederai banyak lainnya.

“Kami mengutuk sekeras-kerasnya aksi kebencian, intolerasi dan kekerasan yang menjijikkan dari berbagai pihak, berbagai pihak,” ujar Presiden Donald Trump.

Presiden Trump berbicara setelah insiden penabrakan mobil tersebut, dan menimbulkan kecaman karena tidak memusatkan kecaman terhadap kelompok supremasi kulit putih yang berkumpul di Charlottesville, dan karena tampaknya ia mengemukakan bahwa demonstran tandingan sama-sama bertanggungjawab atas insiden tersebut.

Senator Orrin Hatch dari partai Republik dalam cuitannya di Twitter mengemukakan, “Kita seharusnya menyebut yang jahat apa adanya. Saudara saya tidak mengorbankan jiwanya dalam melawan Hitler agar gagasan Nazi dibiarkan begitu saja di sini.”

Bahkan Anthony Scaramucci, pendukung setia Trump yang sempat menjabat sebentar di Gedung Putih, mengatakan, presiden seharusnya bersikap lebih keras dalam pesannya.

Mantan direktur komunikasi Gedung Putih itu dalam acara This Week di stasiun televisi ABC mengatakan, “Saya pikir ia harus lebih keras karena ini berkaitan dengan kelompok supremasi kulit putih dan latar belakang kejadian itu.”

Gedung Putih hari Minggu mengemukakan bahwa pernyataan mengenai kecaman presiden itu tertuju pada kelompok supremasi kulit putih dan kelompok-kelompok ekstremis lainnya. Para pejabat lain dalam pemerintahannya juga berterus terang dalam mengemukakan pernyataan mereka.

Salah seorang di antaranya adalah Jenderal HR McMaster, penasihat keamanan nasional Trump. Dalam acara televisi ABC This Week, ia menyatakan “Saya tentu saja berpendapat, setiap kali ada yang melakukan serangan terhadap terhadap orang lain untuk menyulut ketakutan, itu adalah terorisme. Dia adalah penjahat, yang melakukan tindak kejahatan terhadap sesama warga Amerika. Suatu tindak kriminal yang mungkin dilatarbelakangi, dan kita akan lihat apa yang akan muncul dalam penyelidikan ini, oleh kebencian dan intoleransi.”

Pada sebuah konferensi pers, Gubernur Virginia Terry McAuliffe mengatakan demonstran sayap kanan bukanlah patriot sebagaimana yang mereka nyatakan.

McAuliffe mengemukakan, “Saya punya pesan untuk seluruh anggota supremasi kulit putih dan Nazi yang datang ke Charlottesville hari ini. Pesan saya jelas dan ringkas: pulanglah. Kalian tidak diinginkan di negara bagian yang hebat ini. Memalukan.”

McAuliffe menetapkan situasi darurat setelah perkelahian berkecamuk antara demonstran nasionalis kulit putih yang membawa perisai serta berbaju pelindung dan demonstran tandingan bersenjata serupa di Charlottesville.

FBI, Divisi Hak-hak Sipil Departemen Kehakiman dan kantor Kejaksaan Amerika telah memulai penyelidikan hak-hak sipil terkait insiden maut penabrakan mobil di kota itu.

Polisi menyatakan telah menahan pengemudi mobil itu, yang Sabtu lalu diidentifikasi sebagai James Alex Fields Jr yang berusia 20 tahun. Warga Ohio itu ditahan atas dugaan melakukan pembunuhan tak berencana. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG