Presiden Pantai Gading Laurent Gbagbo menyampaikan tuduhan terbarunya terhadap Perancis – dan Amerika – dalam wawancara yang diterbitkan hari Senin dalam surat kabar Perancis Le Monde dan Le Fogaro.
Ia mengatakan Perancis dan Amerika telah menekan para pemimpin PBB, Uni Afrika dan Afrika Barat untuk mendukung pesaingnya, Alassane Ouattara, yang secara luas dianggap sebagai pemenang pemilu presiden Pantai Gading yang disengketakan.
Tudingan tersebut muncul ketika para pendukung penantang Presiden Pantai Gading Alassane Ouattara hari Senin secara damai mengambil alih kedutaan besar negara mereka di Paris setelah pendukung setia Gbagbo pergi. Gbagbo mengatakan ia akan membawa kasus tersebut kepada para pemimpin Afrika Barat yang akan bertemu dengannya hari Selasa.
Tetapi juru bicara Ouattara, Patrick Achi menepis tuduhan Gbagbo tersebut dalam wawancara dengan radio France-Inter. Achi mengatakan, adalah negara-negara Afrika yang mendesak Gbagbo mundur dan yang mengancam akan menggunakan kekerasan jika ia tidak melakukannya. Achi mengatakan ini bukan permintaan Amerika dan Perancis.
Komentar Gbagbo tersebut semakin menambah ketegangan antara pemerintahnya dan bekas kekuatan koloninya, Perancis.
Ketegangan itu terjadi ketika pemimpin Pantai Gading tersebut menghadapi semakin banyaknya tekanan internasional yang menuntut pengunduran dirinya.
Hari Minggu, Paris mengumumkan pihaknya telah melarang terbang sebuah pesawat milik Gbagbo di bandara Perancis atas permintaan Ouattara. Uni Eropa dan Amerika juga telah mengumumkan sanksi terhadap Gbagbo dan para pendukungnya.
Hari Senin, Menteri Pertahanan Perancis Alain Juppe mengisyaratkan Paris akan memberi sanksi-sanksi baru terhadap rezim Gbagbo jika ketegangan itu berlanjut. Secara terpisah, kementrian luar negeri Perancis mengumumkan bahwa Ouattara akan segera menunjuk duta besar baru untuk Perancis.