Presiden Filipina Benigno Aquino akan memulai kunjungan selama empat hari di Tiongkok mulai hari Selasa. Misi ini dinilai sebagai usaha untuk memperjelas klaim maritim Filipina di Laut Cina Selatan, sementara mempertahankan hubungan ekonomi yang semakin penting di antara ke dua negara.
Agenda lawatan Aquino termasuk pertemuan dengan Presiden Hu Jintao dan Perdana Menteri Wen Jiabao di mana juga akan dibicarakan sejumlah isu lainnya, termasuk keprihatinan tentang warganegara Filipina yang dipenjarakan di Tiongkok.
Minggu lalu, Aquino mengatakan bahwa baik Manila dan Beijing ingin memecahkan pertikaian tentang klaim atas wilayah di Laut Cina Selatan yang kaya sumber energi. Dalam transkrip wawancara yang dirilis Tiongkok Minggu, Aquino menyebut konflik ini, yang menurut Manila termasuk tujuh konfrontasi di laut, sebagai “sebuah uji bagi pembinaan hubungan yang lebih kuat.”
Menteri Luar Negeri Filipina Cristina Ortega mengatakan kedua fihak juga merencanakan penandatanganan sebuah rencana ekonomi lima tahun yang menyasarkan paling sedikit 50 miliar dolar dalam perdagangan pada 2016.
Tiongkok, Filipina, Vietnam, Taiwan, Malaysia dan Brunei menuntut seluruh atau sebagian dari Laut Cina Selatan termasuk kepulauan Spratly yang tidak berpenduduk Daerah ini diperkirakan mengandung minyak dan gas alam serta merupakan salah satu jalur pelayaran internasional yang paling ramai.