PM Jepang Yoshihide Suga Senin mengatakan ia tidak pernah “mengutamakan Olimpiade”, sementara hasil jajak pendapat hari itu menunjukkan hampir 60 persen rakyat Jepang menginginkan Olimpiade dibatalkan kurang dari tiga bulan sebelum jadwalnya dimulai.
“Saya tidak pernah mengutamakan Olimpiade. Prioritas saya adalah melindungi nyawa dan kesehatan rakyat Jepang,” katanya ketika ditanya dalam sebuah rapat komite di parlemen apakah Olimpiade akan dilanjutkan jika infeksi COVID-19 melonjak tajam.
Jepang telah memperpanjang keadaan darurat di Tokyo hingga akhir Mei dan berupaya keras membendung lonjakan kasus COVID-19. Ini semakin menimbulkan pertanyaan mengenai apakah Olimpiade harus dilanjutkan. Tingkat vaksinasi di Jepang termasuk yang terendah di kalangan negara-negara makmur.
Para pejabat Olimpiade Internasional, panitia di Tokyo dan Suga sendiri telah menegaskan bahwa Olimpiade akan dilanjutkan dengan cara yang “aman dan selamat.” Para penonton asing telah dilarang dan panitia mengeluarkan pedoman rinci bulan lalu yang dimaksudkan untuk mencegah infeksi virus corona.
Namun hasil jajak pendapat umum, yang dilakukan 7-9 Mei lalu oleh surat kabar Yomiuri Shimbun menunjukkan 59 persen responden menginginkan Olimpiade dibatalkan sementara 39 persen menyatakan pesta olahraga itu harus diselenggarakan. “Penangguhan” tidak pernah ditawarkan sebagai suatu pilihan.
Jajak pendapat lain yang dilakukan akhir pekan lalu oleh TBS News mendapati 65 persen menginginkan Olimpiade dibatalkan atau ditunda lagi, dengan 37 persen yang menginginkan acara itu dibatalkan sama sekali dan 28 persen menyerukan penundaan. Lebih dari 300 ribu orang telah menandatangani petisi untuk membatalkan Olimpiade dalam waktu lima hari sejak petisi diluncurkan.
Suga mengulangi bahwa Komite Olimpiade Internasional (IOC) memiliki keputusan akhir mengenai nasib Olimpiade dan bahwa peran pemerintah adalah mengambil langkah-langkah agar acara itu dapat terselenggara dengan aman. Beberapa kegiatan uji coba dengan atlet asing telah berlangsung dengan sukses, yang terakhir diadakan pada hari Minggu.
Pengaturan sedang dibuat untuk pemimpin IOC Thomas Bach, yang sebelumnya diharapkan luas akan mengunjungi Jepang pada pertengahan Mei, untuk berkunjung pada bulan Juni, dengan pencabutan situasi darurat sebagai prasyarat, kata berbagai media.
Ketua panitia Olimpiade Tokyo 2020 Seiko Hashimoto pekan lalu mengatakan akan “sulit” bagi Bach untuk berkunjung di tengah-tengah situasi darurat.
Olimpiade dijadwalkan untuk berlangsung mulai 23 Juli hingga 8 Agustus. [uh/ab]