Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengatakan penyelidikan yang disebut “tentara hantu” telah mendapati sedikitnya 50 ribu tentara yang digaji tetapi sebenarnya tidak ada di antara pasukan bersenjata negara itu.
Abadi mengungkapkan temuan itu hari Minggu (30/11) dalam pidato di hadapan para anggota parlemen. Dia berjanji akan terus menindak korupsi yang diupayakannya sejak memangku jabatan bulan September lalu. Perdana Menteri itu telah memecat atau memensiunkan beberapa panglima militer yang bertugas di bawah mantan perdana menteri Nouri al-Maliki.
Salah seorang anggota parlemen Irak, Kameran Bajelan, mengatakan kepada VOA bahwa jumlah “tentara hantu” sebenarnya jauh lebih tinggi daripada angka yang diumumkan itu.
Nama-nama fiktif dalam daftar gaji prajurit itu memungkinkan para komandan dan pihak-pihak tertentu menerima gaji melebihi gaji mereka sendiri, atau sebagian gaji dari kesepakatan mereka dengan tentara yang yang benar-benar ada, tapi tidak afktif.
Korupsi yang merajalela di Irak telah dipersalahkan sebagai penyebab lemahnya perlawanan militer Irak ketika militan ISIS menyerbu bagian-bagian utara dan barat negara itu dalam beberapa bulan terakhir.