Sejak kecil, Honorine Moyenga bermimpi dapat menjadi pilot pesawat udara. Setelah ia lulus sekolah, angkatan udara memberikan tawaran untuk menjadi sponsor sekolah pelatihan penerbangan, dan Moyenga pun melakukannya. Fakta bahwa tidak ada pilot perempuan lain di Angkatan Udara Burkina Faso pada waktu itu tidak menghentikan langkahnya.
“Saya simpan mimpi ini, kemudian memeliharanya dan segera setelah angkatan udara memberi saya kesempatan untuk mewujudkannya, saya tidak ragu-ragu lagi. Saya mengambil kesempatan tersebut dan inilah saya sekarang, menjadi seorang pilot perempuan," katanya.
Itu tujuh tahun yang lalu, dan sekarang ia menjadi seorang pilot penuh untuk pesawat angkut angkatan udara. Ia juga memainkan peran aktif dalam pertempuran negara itu melawan kelompok-kelompok teror yang terkait dengan ISIS dan al-Qaida.
Moyenga mengatakan, sebagai pilot militer perempuan pertama di Burkina Faso, ia tidak merasa menghadapi lebih banyak rintangan daripada laki-laki, kecuali mungkin, lebih banyak tekanan untuk tampil.
“Jadi, ketika menjadi satu-satunya perempuan di lingkaran laki-laki, semua mata tertuju pada saya. Pekerjaan diteliti dengan sangat cermat, jadi saya harus bekerja lebih keras dibanding yang lain untuk membuktikan bahwa saya mampu menerbangkan pesawat, seperti kaum laki-laki," katanya.
Komandan Moyenga mengatakan dia tidak memperlakukannya dengan istimewa atau berbeda dari pilot-pilot lain.
Kapten Sana Saidou adalah komandan Skuadron Transportasi Angkutan Udara Burkina Faso.
“Di tingkat skuadron ketika kami melakukan kegiatan operasional, ia diperlakukan sama seperti laki-laki. Jadi mudah mengintegrasikannya," katanya.
Statistik terkait jumlah perempuan di militer secara internasional masih jarang, namun PBB mengatakan bahwa memperkenalkan lebih banyak perempuan ke dalam militer itu penting untuk keragaman dan kesetaraan gender.
Kaum perempuan dapat menjadi sangat efektif di garis depan sebagai penjaga perdamaian karena mampu terhubung dan membangun kepercayaan dengan perempuan lain di komunitas yang kemungkinan saling bermusuhan.
Ketegangan antara pasukan keamanan di Burkina Faso dan warga sipil sering kali memuncak, dengan banyak warga sipil mengatakan takut dengan pasukan keamanan yang sering datang dari berbagai wilayah dan kelompok etnis negara di Afrika tersebut.
Llani Kennealy adalah salah seorang komandan pasukan keamanan dan perdamaian perempuan (Women Peace and Security) PBB.
“Memiliki perempuan yang berperan di garis depan, berinteraksi di sekitar dan dalam komunitas merupakan faktor penting bagi perdamaian yang berkelanjutan ketika kita berurusan dengan sejumlah pemberontakan, kita berurusan dengan kelompok-kelompok suku yang berbeda di lapangan. Itu sangat penting.”
Odette Some, seorang mahasiswi di sebuah universitas di Ouagadougou, mengatakan panutan seperti Moyenga mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan yang secara tradisional dilakukan oleh laki-laki sekaligus berkontribusi pada pembangunan negara.
“Ia adalah inspirasi bagi semua perempuan. Kita juga bisa berharap dapat melakukan hal yang telah ia lakukan dan menirunya. Bahkan jika tidak menjadi seorang pilot, (kita dapat melakukannya) dalam profesi lain juga.”
Moyenga mengatakan kini dia merasakan beban tanggung jawab untuk tampil dan mendorong para perempuan untuk mengambil peran yang secara tradisional dilakukan oleh laki-laki, apa pun profesi mereka. [mg/lt]