Tautan-tautan Akses

Petani Garam Australia Jadi Pemasok bagi Peternak Sapi dan Restauran Mewah


Ladang garam di kota Perth, Australia barat (foto: ilustrasi).
Ladang garam di kota Perth, Australia barat (foto: ilustrasi).

Garam dikenal sebagai salah satu bahan pengawet tertua dan menjadi mata uang kuno. Sekarang, sebuah perusahaan berbasis di Australia membawa kembali garam ke abad ke-21.

Selama beberapa generasi, keluarga Olsson menggunakan air laut, matahari, angin, dan menyediakan waktu untuk bertani salah satu bahan rumah tangga paling mendasar, yaitu garam.

Air yang dipompa berasal dari laut dan mengalir melalui kolam-kolam secara perlahan sehingga menjadikannya lebih asin.

Petani garam Murray Olsson mengemukakan, “Proses itu memakan waktu dua tahun mulai dari laut hingga mencapai kolam pencucian. Jadi, ketika disemprot, lalu dicuci, diputar dalam gulungan dan dikeringkan dengan cara dibakar untuk kemudian diremukkan.”

Sekitar 40.000 – ton garam diproduksi pabrik yang berada di Pelabuhan Alma itu setiap tahun. Sebagian besar hasil produksi dikirim ke Brisbane.

Hasil produksi itu dicampur, dipres, dan kemudian dikirim ke sejumlah peternak dalam bentuk balok garam untuk diberikan kepada ternak selama musim kemarau dan menambah zat-zat mineral.

Grazier Adam Coffey menggunakan salah satu bongkahan garam itu untuk mengatasi keracunan lantana (sejenis tumbuhan beracun) di properti peternakan miliknya di Miriam Vale. “Pada dasarnya ini memungkinkan ternak itu memproses racun dalam badan hewan daripada membiarkan mereka terkena dampaknya. Jadi, ini benar-benar mengubah cara kita beroperasi di sini terkait dengan membawa sapi-sapi dari luar peternakan,” ujarnya.

Sains dan Kesehatan: Petani Garam di Australia
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:17 0:00


Perusahaan itu juga mengembangkan produk garam yang lebih elegan untuk santapan yang mewah. Rangkaian produk sajian makanan telah menarik perhatian beberapa kuliner elit Melbourne.

Chef Ian Curley menggunakan garam tersebut di restoran miliknya. “Jika Anda bertanya kepada 100 orang 'dari mana garam ini berasal?' Mereka akan jawab: 'Ah, supermarket.' Tapi bagi saya sendiri yang pernah ke Whyalla di Australia Selatan dan di Queensland, sebenarnya itulah tempat mereka memproduksi garam itu.”

Sementara sejumlah petani lainnya mengharapkan turunnya hujan, tidak demikian halnya dengan para produsen garam. Dibutuhkan sinar matahari berbulan-bulan agar air mencapai tingkat salinitas (kandungan garam) yang tepat.

Hanya satu kali hujan deras dapat menggagalkan seluruh proses tersebut. Demikian seperti dikatakan oleh petani garam, Murray Olsson. “Kekeringan bagi kami adalah ketika turun hujan selagi kita dalam proses pembuatan garam karena diperlukan waktu setahun yang dihabiskan untuk menguapkan air dari ladang- ladang garam, dan ketika hujan datang, hal itu sungguh mengecewakan.” [mg/lt]

Recommended

XS
SM
MD
LG